Imam Syafi’i berkata: Allah Azza wa Jalla berfirman, “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. ” (Qs. Al Baqarah(2): 197)
Imam Syafi’i berkata: Muslim telah mengkhabarkan kepada kami dari Ibnu Juraiz, ia berkata, “Aku bertanya kepada Nafi’, ‘Apakah engkau mendengar Abdullah bin Umar menyebut tentang bulan-bulan haji?’ Nafi’ menjawab, ‘Ya, Abdullah bin Jubair menyebut bulan-bulan haji, yaitu; Syawwal, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah’.” Kemudian aku (Ibnu Juraiz) bertanya kepada nafi’, “Bagaimana apabila seseorang berihram haji sebelum bulan-bulan tersebut? ”Nafi’ menjawab, “Saya tidak mendengar dari Ibnu Umar sesuatu pun tentang hal itu.” Juga diriwayatkan oleh Ibnu Juraiz, bahwa dia bertanya kepada Atha’, “Bagaimana pendapat Anda tentang seseorang yang datang ke Makkah dengan berihram haji pada bulan Ramadhan, apa yang Anda katakan tentang orang tersebut?” Atha’ menjawab, “Aku katakan kepada orang itu agar menjadikan ihram tersebut sebagai ihram umrah (bukan ihram haji).” Diriwayatkan bahwa Ikrimah berkata, “Tidak layak bagi seseorang untuk berihram haji kecuali di bulan-bulan haji, berdasarkan firman Allah bahwa haji itu pada bulan-bulan tertentu (Qs. Al Baqarah(2): 197).