Imam Syafi’i berkata: Seorang laki-laki dari Anshar datang kepada Nabi SAW dan berkata,
“Wahai Rasulullah, terangkanlah kepada kami tentang hari Jum’at, keutamaan apakah yang ada padanya?” Nabi SAW menjawab, “Pada hari Jum ’at itu ada lima perkara: pada hari itu Adam diciptakan; pada hari itu Allah Azza wa Jalla menurunkan Adam ke bumi; pada hari itu Allah Subhanahu wa Ta ’ala mewafatkan Adam; pada hari itu ada satu waktu yang mana apabila seorang hamba memohon kepada Allah, maka Allah pasti mengabulkannya, selama ia tidak meminta yang haram dan memutuskan silaturrahim; dan pada hari itu kiamat terjadi, tidak ada dari malaikat yang terdekat dengan Allah, langit, bumi dan gunung, kecuali menaruh belas-kasihan pada hari Jum ’at. ”
Imam Syafi’i berkata: Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul SAW bersabda.
“Sebaik-baik hari dimana matahari terbit padanya adalah hari Jum ’at, pada hari itu Allah Subhanahu wa Ta ’ala menciptakan Adam, pada hari itu Allah menurunkan ia ke bumi, pada hari itu diterima taubatnya, pada hari itu ia wafat dan pada hari itu terjadi hari kiamat. Tidak ada dari binatang melata kecuali bertasbih kepada Allah pada hari Jum ’at dari pagi hingga terbit matahari karena khawatir akan hari kiamat, kecuali jin dan manusia. Pada hari itu ada suatu waktu apabila seorang muslim memohon sesuatu kepada Allah, niscaya akan dikabulkan permohonannya.” Abu Hurairah berkata, “Abdullah bin Salam berkata, ‘Waktu itu adalah saat terakhir pada hari Jum’at’.” Maka saya berkata kepadanya, “Bagaimana hingga waktu itu bisa berada pada akhir waktu di hari Jum’at, sedangkan Nabi SAW bersabda. ‘ Tidak bertepatan dengan doa seorang muslim pada waktu shalat, dan ia sedang mengerjakan shalat, dan akhir daripada hari Jum ’at adalah bukan waktu untuk mengerjakan shalat’.” Abdullah bin Salam menjawab, “Bukankah Rasul SAW telah bersabda. ‘Barangsiapa duduk pada suatu majelis sambil menunggu waktu shalat, maka ia seperti berada dalam shalat sehingga ia melakukan shalat’Abu Hurairah berkata, “Lalu saya mengatakan, ‘ya’.” Lalu Abdullah bin Salam mengatakan, “Maka demikianlah adanya.”