12 Cara Menarik Rizqi (2)

Tak satu pun manusia yang tidak suka terhadap harta. Tiada seorang pun bani Adam yang tidak senang jika rizkinya melimpah. Tiada seorang insan pun yang tidak gembira bila kekayaannya semakin bertambah. Allah Yang Maha Mengetahui telah menyinggungnya dalam firman-Nya: “Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS. Al-Fajr: 20)

Ironis, banyak manusia mengadu nasib demi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan cara semaunya, tanpa peduli apakah cara itu mengundang murka Allah SWT atau tidak ?! Bahkan tanpa apakah itu akan memancing siksa-Nya. Betapa banyak kaum Muslimin meminta harta kepada penunggu pohon yang dianggap bertuah. Tidak sedikit manusia yang mengaku Muslim mengumpulkan kekayaan dengan memuja dan berdoa kepada benda-benda pusaka yang dianggap keramat.

Di sisi lain banyak juga kaum muslimin berbaju Islam, tapi prinsip hidupnya adalah ideologi komunis, yaitu “tujuan menghalalkan segala cara.” Yang penting menghasilkan banyak uang, cara apapun boleh dan pasti akan ditempuh, meskipun harus menghisap darah saudaranya dengan berbagai praktek riba, renten dan beternak uang. Mereka menari-nari diatas penderitaan orang lain, bahkan gembira berenang dalam sungai darah makhluk sejenisnya.

Demi Allah, harta yang diperoleh dengan cara-cara tersebut tidak akan pernah diberkahi, bahkan tidak akan bisa memberikan kebahagian hakiki bagi pemiliknya di dunia, sampai di akherat. Sebaliknya, harta-harta itu justru sangat berpotensi mendatangkan siksa dan petaka yang tiada diterperikan. Semoga kita senantiasa dalam penjagaan Allah SWT.

Di waktu yang sama, ternyata Allah Dzat Maha Pemberi rizki segenap makhluk-Nya, telah memberikan kunci pengundang rizki. Kunci ini banyak dilalaikan manusia. Cara dan kunci yang teramat mudah dengan keampuhan tiada tara, melalui lisan Nabi-Nya Nuh as kepada kaumnya, diabadikan dalam firman Allah SWT:
“Aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Rabb kalian, karena sesungguhnya Dia adalah Sang Maha Pengampun-!’ Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun, serta mengadakan (pula di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai.” (QS. Nuh:10-12).

Generasi sahabat memberikan teladan dalam pengamalan ayat yang mulia ini. Muthorrif meriwayatkan dari asy-Sya’biy bahwa Umar bin al-Khaththab ra pernah memimpin kaum Muslimin melakukan Sholat Istisqo’ (minta hujan). Anehnya, beliau tidak banyak meminta kecuali memperbanyak istighfar sampai beliau pulang. Seseorang bertanya kepadanya, ”Kami tidak mendengar anda meminta hujan?!” Beliau menjawab: “Aku telah meminta hujan menggunakan kunci-kunci pengendali langit, yang dengan akan diturunkan hujan.” Kemudian beliau membaca firman Alllah Surat Nuh:10-12.

Generasi Tabi’in pun memberikan teladan dalam pengamalan ayat yang mulia ini. Dikisahkan bahwa al-Imam al-Hasan al-Bashri, ketika beliau didatangi oleh seorang lelaki dan mengeluhkan paceklik serta kemarau yang panjang. Kemudian beliau menasehatkan agar beristighfar dan memohon ampunan atas dosa-dosanya. Kemudian datang lagi orang lain seraya mengeluhkan kefakiran serta kemeleratannya. Lalu beliau pun menasehatkan agar beristighfar dan memohon ampunan atas dosa-dosanya. Pernah datang orang yang lain pula seraya mengeluh karena belum dikaruniai anak dan keturunan, maka beliau pun menasehatkan agar beristighfar dan memohon ampunan atas dosa-dosanya. Juga datang orang yang lain seraya mengeluhkan kegagalan pertaniannya, beliau pun menasehatkan agar beristighfar dan memohon ampunan atas dosa-dosanya. Akhirnya, beliau pun ditanya, “Kenapa setiap orang yang kepada anda mengeluhkan keadaannya, selalu anda menasehati mereka agar memperbanyak istighfar?” Beliau menjawab: “Tidak sedikitpun yang aku katakan itu yang bersumber dari diriku, sesungguhnya Allah berfirman dalam surat Nuh.”

Jika demikian, kehebatan istighfar, serta begitu besar dan luas pengaruhnya dalam kehidupan manusia, maka tampak bagi kita, bahwa tidak seorang pun yang tidak membutuhkan istighfâr, bahkan Rasulullah yang mulia setiap harinya beristighfar 70 kali, sebagaimana Rasulullah SAW jelaskan dalam sabda beliau: “Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar dan bertaubat kepada Allah lebih dari 70 kali dalam sehari.” (HR. Bukhari, no. 6307)

Rasulullah SAW juga memberikan motivasi: “Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah merubah setiap kesedihannya menjadi kegembiraan; Allah memberikan solusi dari setiap kesempitannya (kesulitannya), dan Allah anugerahkan rizki dari jalur yang tiada disangka-sangka.” (HR. Ahmad dan al-Hakim)

Dengan demikian, apapun kesulitan kita, apapun kesedihan yang kita rasakan, apapun kegundahan yang menghantui kita, maka solusinya adalah memperbanyak istighfâr. Bahkan dalam urusan dunia, kemiskinan dan belum adanya keturunan, maka jalan keluarnya adalah memperbanyak permohonan ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosa kita.

WAKAF PEMBANGUNAN PESANTREN ALAM BUMI AL-QUR’AN (KLIK DI SINI)

“Berniatlah untuk Melaksanakannya, karena NIAT BAIK juga dicatat sebagai AMAL BAIK.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *