Para Ulama telah banyak menjelaskan apa yang dimaksud dengan takwa. Di antaranya, Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani ra. Mendefinisikan: “Taqwa adalah menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, hal itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi lebih sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan.” (Al-Mufrodat fii Gharibil Qur’an)
Sedangkan Imam An-Nawawi mendefinisikan Taqwa dengan, “Mentaati perintah dan laranganNya.” Maksudnya, menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Allah. (Tahriru Alfahzt Tanbih)
Hal ini juga sebagaimana telah didefinisikan oleh Imam Al-Jurjani, ”Taqwa adalah menjaga diri dari perbuatan yang dapat mengakibatkan siksa, baik dengan melakukannya (yang diharamkan) ataupun meninggalkannya (yang dihalalkan).” (Kitabut Ta’rifat)
Oleh karena itu, barangsiapa yang tidak menjaga dirinya dari perbuatan dosa, berarti dia bukanlah orang yang bertaqwa. Maka orang yang melihat dengan kedua matanya apa yang diharamkan Allah, atau mendengarkan dengan kedua telinganya apa yang dimurkai Allah, atau mengambil dengan kedua tangannya apa yang tidak diridhai Allah, atau berjalan dengan kedua kakinya ke tempat yang dikutuk Allah, berarti ia tidak menjaga dirinya dari dosa. Jadi, orang yang membangkang perintah Allah serta melakukan apa yang dilaranganNya, bukanlah ia termasuk orang-orang yang bertaqwa.
Orang yang menceburkan diri ke dalam maksiat sehingga ia pantas mendapat murka dan siksa dari Allah, maka ia telah mengeluarkan dirinya dari barisan orang-orang yang bertaqwa.
Taqwa Mendatangkan Rizqi
Sungguh Allah telah berfirman menjelaskan tentang hal ini,
“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (Ath-Thalaq: 2-3)
Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan bahwasanya orang-orang yang merealisasikan ketaqwaannya, akan diberikan balasan oleh Allah dengan dua hal.
Pertama, ”Allah akan membukakan jalan keluar baginya.”
Artinya, Allah akan menyelamatkannya –sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas ra.- dari setiap kesusahan dunia maupun akhirat. (Tafsirul Qurthubi)
Kedua, “Allah akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
Artinya, Allah akan memberinya rezeki yang tak pernah diharapkan dan dibayangkan.” (Zaadul Masir)
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Makna (ayat di atas), barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah dengan melakukan apa yang diperintahkanNya dan meninggalkan apa yang dilarangNya, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar (dari setiap kesulitan) serta rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernah terlintas dalam benaknya.”(Tafsir Ibnu Katsir)
Dan dalam ayat lainnya Allah pun telah menjelaskan,
” Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Al-A’raf: 96)
Dalam ayat yang mulia ini Allah menjelaskan, seandainya penduduk negeri-negeri merealisasikan dua hal, yakni beriman dan bertaqwa, niscaya Allah akan melapangkan kebaikan (kekayaan) untuk mereka dan memudahkan mendapatkannya dari segala arah.
Dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang menerangkan akan hal ini, kami akan coba sebutkan beberapa,
“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.” (Al-Ma’idah: 66)
“Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).” (Al-Jin: 16)
WAKAF PEMBANGUNAN PESANTREN ALAM BUMI AL-QUR’AN (KLIK DI SINI)
“Berniatlah untuk Melaksanakannya, karena NIAT BAIK telah dicatat sebagai AMAL BAIK.“