Alhamdulillah, pada hari ketujuh bulan Ramadhan ini, Insya Allah, akan kita kaji secara umum tentang isi kandungan Al Qur’an Juz 7. Mudah-mudahan Allah memberikan petunjuk ke Jalan yang lurus dan menjadi penerang dalam setiap kegelapan hidup.
Dalam juz 3 ini terdapat 2 surat berbeda. Yakni, 37 ayat dari akhir surat al Maaidah, dan 110 ayat surat Al An’aam. Pada sisa surat al Maaidah, membahas tentang adat istiadat jahiliyah yang terlarang, anjuran berwasiat dengan persaksian, salah satu peristiwa di Hari Kiamat dan beberapa kisah tentang nabi Isa as. Sedangkan di surat Al An’aam, membahas tentang keyakinan tentang keesaan Allah SWT, tuntunan dalam menghadapi masyarakat, cara nabi Ibrahim memimpin kaumnya, dan tentang kebenaran wahyu, beberapa akibat dari dusta serta larangan memaki sesembahan lain.
Pada awal juz 7 yakni ayat 83-86, disebutkan bahwa orang-orang Nasrani apabila dibacakan ayat al Qur’an, mereka mencucurkan air mata, karena kebenaran dari isinya, yang selaras dengan apa yang telah diturunkan dari kitab sebelumnya (Injil). Maka, bagi yang beriman, baginya surga dan yang kufur, nerakalah balasannya.
Pada ayat 87-88 Allah telah melarang orang mukmin untuk mengharamkan makanan yang jelas-jelas halal. Pada ayat 89-nya dijelaskan bagi kafarat orang yang melanggar sumpah dengan sengaja, yakni memberi makan sepuluh orang miskin, atau memberikan pakaian, atau membebaskan seorang budak. Bagi yang tidak sanggup, bisa diganti puasa 3 hari. Allah juga melarang khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah. Kebiasaan ini adalah kebiasaan Jahiliyah yang oleh setan menjadi ajang untuk menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara sesama.
Di ayat 94-100, membahas tentang Ka’bah dan cara-cara menghormatinya. Diantaranya, dilarang berburu binatang saat Ihram, bagi yang melakukannya, maka dendanya mengganti dengan binatang ternak yang seimbang dengan hasil buruannya. Dan Allah akan menguji mereka dengan melepaskan banyak binatang yang bisa diburu. Bisa juga dengan membayar Kafarat, memberi makan orang miskin senilai dengan binatang buruan, atau berpuasa yang jumlah harinya senilai dengan harga binatang buruan itu. Misal, harga binatang buruan, sama dengan memberi makan 30 orang miskin, maka puasanya 30 hari. Namun, seluruhnya ini tidak berlaku, jika binatangnya berasal dari laut. Dan Allah benar-benar menjadikan Ka’bah sebagai pusat peribadatan dan urusan dunia bagi manusia.
Pada ayat 101-105 Allah SWT melarang manusia untuk bertanya, yang jawabannya menyebabkan kesulitan bagi sang penanya (simak kisah sapi betina dan Bani Israil pada juz 1). Allah juga tidak mensyariatkan “Bahiirah” (unta betina yang telah beranak lima kali, dan yang kelima jantan. Induknya pun dibelah telinganya, kemudian dilepaskan. Tidak boleh ditunggangi dan diambil susunya), “Saaibah” (unta betina yang dilepas ke mana saja, karena suatu nadzar), “Washiilah” (seekor domba yang melahirkan anak kembar, beda kelamin. Yang jantan disebut washiilah, yang tidak boleh disembelih, kemudian diberikan kepada berhala), serta “Haam” (unta jantan yang tidak diboleh diganggu, karena telah berhasil membuntingkan unta betina sebanyak 10 kali). Kepercayaan ini adalah produk Jahiliyah, yang tidak perlu ditiru lagi.
Di ayat 106-108, Allah mensyariatkan agar setiap wasiat yang disampaikan oleh seseorang yang hendak meninggal, harus dikuatkan dengan kehadiran 2 orang saksi yang disumpah atas nama Allah. Namun, jika kedua saksi itu melanggar sumpah, 2 ahli waris yang paling dekat dengan orang yang meninggal itu, dapat mengajukan tuntutan, tentunya setelah mengucapkan sumpah serupa.
Ayat 109, diterangkan bahwa suatu hari, Allah akan mengumpulkan para Rasul dan bertanya kepada mereka tentang jawaban kaum mereka saat diseru. Para rasul pun menjawab, mereka tidak memiliki pengetahuan tentang itu.
Di ayat-ayat terakhir dari surat al Maaidah ini, Allah mengingatkan kembali tentang nikmat-nikmat yang diberikan untuk nabi Isa as dan para kaumnya. Mulai dari penguatan dengan roh kudus, hingga dapat menghidupkan orang mati. Kaumnya juga dikabulkan untuk memakan hidangan dari langit. Setelah itu, barulah Allah bertanya tentang bagaimana Isa dan Ibunya menjadi Tuhan selain Allah SWT. Nabi Isa pun menjawab, bahwa beliau tidak pernah mengajarkan itu, dan mereka hanya mengada-ada. Namun, nabi Isa tetap memohonkan ampun untuk kelalaian mereka. Allah pun menjawab bahwa ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar.
Sebagian lain dari juz 7 adalah surat al An’aam. Jika dalam surat al Maaidah diterangkan tentang hujjah terhadap ahli kitab, dalam surat ini dijelaskan tentang hujjah kepada kaum musyrikin. Dalam surat ini pula, Allah memerinci makanan yang diharamkan.
Surat al An’aam secara umum terdiri dari 165 ayat, termasuk Makkiyah karena sebagian besarnya turun di Mekkah, mendekati hijrah. Dinamakan al An’aam yang berarti binatang ternak, karena terdapat kata al An’aam dalam hubungan dengan adat istiadat kaum musyrikin. Binatang tersebut dapat dipergunakan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan mereka. Untuk itu, surat ini diawali dengan dalil-dalil tentang Keesaan Allah SWT. Tiga ayat pertama membahas tentang penciptaan alam semesta, penciptaan manusia yang sudah ditentukan kapan ajalnya, dan juga ajal berbangkit. Allah pun mengetahui segala bentuk rahasia dan tata usaha manusia.
Namun dalam ayat 4-11 menyatakan, meski ayat-ayat Allah sudah tampak jelas, kaum Musyrikin tetap berpaling. Dikuatkan lagi, dengan banyaknya kisah kaum yang mendustakan Allah, dihancurleburkan di dunia. Untuk itu, berjalanlah di muka Bumi ini, dan lihatlah kehancuran kaum yang mendustakan Allah SWT.
Ayat 12-21 membicarakan tentang Keagungan Allah SWT. Dengan keagungan-Nya itulah, Allah bersaksi bahwa nabi Muhammad diwahyukan al Qur’an, agar memberikan peringatan kepada ummat manusia. Pada ayat 22-32, giliran kaum musyrikin yang membuat persaksian atas diri mereka sendiri, yang meyakini hidup hanya di dunia saja, dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan kembali.
Saat ayat-ayat yang disampaikan Rasulullah ditolak, Allah pun membesarkan hatinya. Dalam ayat 33-37 disebutkan bahwa rasul-rasul sebelumnya pun demikian. Namun, mereka bersabar saat didustakan, hingga pertolongan datang kepada para rasul. Kemudian diberi kabar gembira lagi, bahwa Allah, sebagai Tuhan yang disembah memiliki ilmu yang Maha Luas. Allah pun kuasa untuk mencabut pendengaran, penglihatan dan menutup mata hati. Untuk itu, tidak perlu bersedih hati, karena tiap-tiap rasul yang diutus untuk memberi kabar gembira dan peringatan. Bagi mereka yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada dan tidak pula bersedih hati.
Ayat 50-73 membahas tentang tuntunan-tuntunan dalam menghadapi masyarakat. Diawali dengan tidak membeda-bedakan derajat antara orang miskin dan kaya, saling berucap salam antara orang mukmin, dan tidak mengikuti hawa nafsu. Di sisi Allah-lah seluruh kunci-kunci keghaiban. Bahkan Allah memberi pengertian, tidak sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan Bumi melainkan telah tertulis dalam Lauh Mahfudz.
Pada ayat 74-83, mengisahkan tentang cara nabi Ibrahim memimpin kaumnya untuk bertauhid. Mulai dari mengingatkan ayahnya Aazar untuk tidak membuat patung sembahan. Dengan itulah, nabi Ibrahim diperlihatkan tanda-tanda keagungan Allah yang tampak di langit dan bumi. Sebelumnya, Ibrahim mengira bahwa bintang, kemudian bulan, dan kemudian matahari adalah Tuhannya. Namun, saat semua itu tidak masuk akal, Ibrahim pun berlepas diri, dan menyerahkan diri kepada Pencipta Alam Semesta.
Di ayat 84-92, Allah menyebutkan beberapa nabi yang diberi petunjuk (al kitab), diantaranya: nabi Ishaq dan Ya’qub, nabi Nuh, Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Begitupula dengan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Dan juga kepada Ismail, Ilyasa, Yunus dan Luth. Merekalah yang telah diberi Allah al Kitab, Hikmah dan kenabian. Dan Al Qur’an diturunkan untuk membenarkan kitab-kitab yang telah turun sebelumnya, dan untuk disampaikan kepada penduduk Mekkah serta di luarnya.
Di akhir juz 7 ini, Allah membuktikan tanda-tanda Keagungan-Nya. Seperti mampu menumbuhkan butir tumbuhan dan biji buah-buahan. Dapat menghidupkan dan mematikan makhluk, mengganti perguliran siang-malam, menjadikan bintang-bintang sebagai petunjuk di kegelapan malam, serta menurunkan hujan. Meski Maha Besar, Allah tidak memperkenankan hamba-Nya untuk menghina sesembahan lain, seperti berhala, dll. Karena ketika orang mukmin memaki Tuhan mereka, merekapun akan membalas memaki Allah tanpa batas, atau melebihi cacian orang beriman.
Semoga Allah senantiasa memudahkan kita dalam mempelajari dan mengamalkan isi Al Qur’an. Amin.
Ditulis oleh: Ahmad Ghozali Fadli
Pelayan Pesantren Alam Bumi Al-Qur’an, Wonosalam, Jombang
Assalamualaikum ww, mhn diberi tulisan tadabur isi kandungan Alquran juz 5 dan seterusnya, sprt versi juz2 sebelumnya, jazakumullah khairon…..
Wassalamu’alaikum ww
waalaikum salam… terima kasih atas masukkannnya…