Tadabbur Al Qur’an Juz 1

Alhamdulillah kita sudah memasuki hari pertama bulan Ramadhan ini. Insya Allah, akan kita kaji secara umum tentang isi kandungan Al Qur’an Juz 1. Mudah-mudahan Allah memberikan petunjuk ke Jalan yang lurus.

Juz 1 ini diawali dengan surat Al Fatihah dan dilanjutkan dengan surat al Baqarah sebanyak 141 ayat. Berbeda dengan surat-surat dalam al Qur’an yang umumnya diturunkan secara terpisah antar ayatnya, surat Al Fatihah merupakan surat pertama yang diturunkan secara lengkap, 7 ayat dan termasuk golongan surat Makkiyyah. Dinamakan pula Ummul Qur’an atau Ummul Kitab yang berati induk bagi semua isi al Qur’an, dan menjadi intisari dari kandungan Al Qur’an. Untuk itulah, kita diwajibkan membacanya di setiap sholat. Dalam surat Al Fatihah ini mencerminkan pokok-pokok keimanan kepada Allah di ayat 1-4, kemudian dipraktekkan pada ayat kelimanya yang menunjukkan bahwa penyembahan dan mohon pertolongan hanya kepada Allah semata. Ayat 6-7 merupakan permohonan untuk ditunjukkan bagaimana seharusnya menempuh jalan untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Pokok-pokok dalam surat Al Fatihah ini akan diperinci lagi dalam surat Al Baqarah. Jika akhir dari surat al Fatihah disebutkan permohonan hamba supaya diberi petunjuk ke jalan yang lurus, maka surat Al Baqarah diawali dengan penunjukan Al Kitab (Al Qur’an) sebagai pedoman menuju jalan yang lurus itu. Surat ini secara keseluruhan berjumlah 286 ayat yang sebagian besar diturunkan pada awal-awal tahun Hijriyah dan merupakan golongan Madaniyah. Disebut pula “Fusthaatul Qur’an” (puncak al Qur’an), karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain.

Ayat 1-20 dari surat al Baqarah diterangkan tentang tiga golongan manusia dalam menghadapi al Qur’an. Pertama, Golongan Mukmin, yakni mereka beriman kepada hal ghaib, mendirikan sholat, menafkahkan sebagian rizqi, beriman kepada kitab, dan beriman kepada hari akhir. Kedua, Golongan Kafir, mereka telah terkunci mati hati dan pendengannya serta penglihatannya tertutup, sama saja diberi peringatan atau tidak, mereka tidak akan mau beriman. Ketiga, Golongan Munafik, mereka hendak menipu Allah dan orang beriman, padahal mereka menipu diri mereka sendiri. Allah menggambarkan, bahwa orang munafik memiliki penyakit hati, lalu Allah menambah penyakit itu. Mereka juga seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api menerangi, Allah menghilangkan cahayanya. Jika mereka diingatkan untuk tidak merusak bumi, mereka malah menjawab, bahwa merekalah yang mengadakan perbaikan. Jika mereka bertemu dengan orang beriman, dia berkata bahwa dia beriman, namun jika bertemu golongan lain yang tidak beriman, mereka mengatakan bahwa keimanan mereka hanya berolok-olok.

Ayat 21-39 berbicara tentang Keesaan dan Kekuasaan Allah SWT. Diawali dengan perintah menyembah Allah SWT dan dikuatkan dengan tantangan kepada kaum Musyrikin yang meragukan tentang Al Qur’an. Untuk itulah Allah memberi balasan yang baik bagi orang-orang yang beriman, berupa surga yang kekal. Allah juga memberikan beberapa bukti kekuasaannya dengan mudah mematikan dan menghidupkan orang. Pada ayat 30-39 dijelaskan tentang awal mula penciptaan manusia, yang tidak lain tujuannya untuk menjadi khalifah di Bumi. Pada ayat-ayat ini pula dijelaskan tentang pembangkangan iblis yang tidak bersujud penghormatan kepada Adam, karena kesombongannya. Kemudian melakukan tipu daya yang pada akhirnya, diturunkanlah Adam ke Bumi. Setelah menerima beberapa kata pertaubatan, Allah pun menerima taubatnya dan mulai saat itulah Adam senantiasa diberi petunjuk-Nya.

Pada ayat 40-141 menerangkan tentang Peringatan Allah SWT kepada Bani Israil. Sebanyak 102 ayat menyinggung tentang Bani Israil, pembahasannya diawali dengan perintah dan larangan, diataranya, tidak menyalahi janji berupa menyembah Allah dan beriman kepada rasulnya, tidak kafir terhadap-Nya, jangan menyampur-adukkan antara yang haq dan bathil, mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyeru berbuat kebajikan, dan menjadikan sholat dan sabar sebagai penolong.

Pada pembahasan selanjutnya, diingatkan tentang nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada Bani Israil, yakni berupa keselamatan dari Firaun dan bala tentaranya, diberi maaf saat menyembah anak lembu waktu ditinggal nabi Musa selama 40 malam, diberi kitab Taurat sebagai petunjuk dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan salah, disambar halilintar sebagai bukti keberadaan Allah kemudian mati dan dibangkitkan kembali, diberi “manna” (makanan manis sebagai madu) dan “salwa” (burung sebangsa puyuh) yang datang langsung dari langit, diperkenankan masuk ke Baitul Maqdis, dan dipancarkan 12 mata air yang keluar dari batu sebagai sumber kehidupan untuk mereka.

Namun karena keserakahannya dan tidak cukup akan nikmat Allah, mereka ditimpakan nista dan kehinaan. Dan bagi orang-orang mukmin, orang Yahudi, orang Shabiin (pengikut ajaran nabi sebelum Musa as), yang beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh, mereka akan menerima pahala dari Allah SWT. Allah juga membalas langsung pelanggaran janji yang dilakukan oleh Bani Israil. Diantaranya, janji untuk senantiasa beribadah kepada Allah tiap hari Sabtu. Namun, mereka melanggarnya dan Allah menghukum mereka menjadi kera yang hina. Hidup tidak lebih dari 3 hari.

Diayat 67 – 74, dikisahkan tentang penyembelihan sapi betina. Hewan yang pernah mereka sembah, kemudian Allah menyuruh mereka untuk menyembelihnya. Bani Israil pun bertanya-tanya. Sapi apakah itu? Sebanyak 4 kali. Dan Allah menjawab bahwa sapi itu betina yang tidak tua dan muda, berwarna kuning tua, belum pernah dipakai membajak tanah dan mengairi tanaman, tidak cacat dan tidak belang. Sebelumnya, terdapat pembunuhan dan mereka saling menuduh. Akhirnya mereka datang kepada nabi Musa agar masalahnya selesai. Allah pun memberi petunjuk agar menyembelih sapi betina kemudian memukulkan sebagian dari tubuh itu kepada orang yang terbunuh agar hidup kembali. Dan akhirnya dapat menunjukkan siapakah yang membunuh dirinya. Namun, keajaiban yang seperti itu, tidak membuat hati mereka melunak, bahkan mengeras seperti batu.

Ayat 75-91 membicarakan tentang kemunafikan Bani Israil. Mereka suka mengubah-ubah iman mereka, bahkan mengubah kitab suci Taurat. Mereka menulisnya dan dikatakan kepada kaumnya, bahwa itu datangnya dari Allah SWT. Mereka juga ingkar janji berupa, menyembah selain Allah, berbuat baik kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak yatim, orang miskin, mengucapkan kata-kata yang baik kepada manusia, mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Juga janji tentang tidak menumpahkan darah orang dan mengusir saudara dari kampung halamannya. Hal ini terjadi bukan di zaman nabi Musa saja, bahkan di zaman nabi Isa pun mereka mengingkarinya beserta kitab yang diturunkan kepadanya. Begitu pula di zaman Rasulullah SAW. Mereka pun mengingkari al Qur’an.

Ayat 92-105 menerangkan tentang kecenderungan mereka terhadap sesembahan. Hanya ditinggal oleh nabi Musa selama 40 malam saja, mereka berani memalingkan muka dari Allah SWT kepada patung anak sapi. Padahal mereka takut mati, bahkan ingin dipanjangkan umurnya hingga seribu tahun. Tahukah, bahwa panjangnya umur tidak akan menjauhkan diri dari siksa Allah SWT. Bukan hanya itu, mereka dengan beraninya memusuhi malaikat Jibril dan menuduh nabi Sulaiman sebagai tukang sihir, dan mereka juga mengolok-olok Nabi Muhammad SAW beserta sahabatnya.

Ayat 106-118 menerangkan tentang penghapusan suatu ayat al Qur’an dengan ayat al Qur’an lainnya, sebagai bentuk hukum baru. Allah menggantinya dengan suatu ayat yang lebih baik lagi, dan minimal sebanding dengan itu. Ini membuktikan kekuasaan Allah dalam merubah sesuatu dan juga mematahkan kebiasaan Bani Israil yang mudah menukar keimanan dengan kekafiran, atau menukar sesuatu yang baik dengan yang lebih buruk. Dalam ayat-ayat ini pula disebutkan beberapa golongan yang bertindak menghalang-halangi dalam peribadatan. Diayat berikutnya Allah SWT melarang bagi ummat nabi Muhammad SAW untuk mengikuti Yahudi dan Nasrani. Ditegaskan bahwa mereka tidak akan senang hingga kita mengikuti agama mereka.

Di bagian terakhir dari juz 1 ini, yakni ayat 124-141 menjelaskan tentang nabi Ibrahim as, mulai janji hingga agama yang dianutnya. Dalam janjinya, Allah menjadikan nabi Ibrahim imam bagi seluruh manusia beserta keturunannya, kecuali bagi mereka yang dzolim. Di sana juga dijelaskan untuk menjadikan Maqam Ibrahim (tempat berdiri nabi Ibrahim dalam membangun Ka’bah) sebagai tempat sholat. Allah juga mengabulkan do’anya untuk menjadikan Mekkah sebagai negeri yang aman sentosa dan diberi rizki buah-buahan. Dijadikan pula keturunannya tunduk-patuh kepada Allah SWT dan ditunjukkan tempat-tempat ibadah haji. Dan doa terakhirnya, agar Allah mengutus rasul dari kalangan mereka yang mampu mengajarkan al Kitab dan al Hikmah. Nabi Ibrahim, Ismail dan Ishaq tunduk dan patuh kepada Allah SWT, begitupula nabi Ya’qub beserta anak cucunya juga mengikuti agama nabi Ibrahim, yakni Islam. Mereka bukan penganut Yahudi maupun Nasrani.

Semoga Allah senantiasa memudahkan kita dalam mempelajari dan mengamalkan isi Al Qur’an. Amin.

Ditulis oleh: Ahmad Ghozali Fadli
Pelayan Pesantren Alam Bumi Al-Qur’an, Wonosalam, Jombang

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *