Apa yang Harus Diperbuat oleh Orang yang Berhaji (Ifrad) dan Berhaji Qiran

Imam Syafi’i berkata: Menurut saya, orang yang melakukan haji (Ifrad) dan haji Qiran, hendaklah memperbanyak thawaf di Baitullah sambil menunggu hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijjah). Apabila telah tiba hari Tarwiyah, hendaklah ia keluar menuju Mina untuk tinggal di Sana guna melakukan shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isyadan Subuh. Kemudian setelah shalat Subuh, hendaklah ia menunggu sampai matahari terbit dari arah Sabir (sebuah gunung yang ada disebelah timur Mina —peneij.). Begitu pertama kali muncul matahari dari sana, maka hendaklah bersegera unhik berangkat ke Arafah. Sebelum betul-betul masuk daerah Arafah, hendaklah shalat Zhuhur dan shalat Ashar dengan cara dijamak (jamak taqdim) bersama imam, dan dilakukan setelah zawal (ketika matahari telah condong ke barat).

Bagi imam disunahkan juga untuk melakukan hal-hal seperti ini. Tidak disunahkan bagaimana untuk mengeraskan shalatnya, karena shalat tersebut bukan shalat Jum’at. Hendaklah seorang imam masuk ke dalam masjid (masjid Namirah) ketika matahari sudah condong ke barat, lalu ia berdiri di atas mimbar untuk memulai khutbah pertama. Setelah selesai, hendaklah ia duduk (sebelum memulai khutbah kedua). Di saat itu, hendaklah muadzin mengumandangkan adzannya. Setelah selesai, maka sang imam meneruskan khutbah yang kedua dengan kalimat yang ringan dan pendek. Setelah muadzin mengumandangkan iqamat, lain melakukan shalat Zhuhur dengan berjamaah, kemudian muadzin mengumandangkan iqamah sekali lagi ketika imam salam dalam shalat  Zhuhur tersebut. Setelah itu, langsung melaksanakan shalat Ashar dengan berjamaah. Demikianlah, setelah semua selesai, maka hendaklah mereka menuju ke tempat wukuf (betul-betul masuk ke area Arafah).

Jika memungkinkan, maka hendaklah wukuf dilaksanakan di sekitar tempat wukuf imam, yaitu di tempat yang berbatu-batuan dengan menghadap ke arah kiblat disertai dengan bacaan doa (memohon apa saja) hingga malam (maghrib). Disunahkan bagi mereka untuk memperbanyak talbiyah di tempat wukuf tersebut. Mereka boleh berwukuf dalam keadaan berdiri atau berada di atas kendaraannya di tempat mana saja, boleh di tempat yang datar dan boleh juga di tempat yang berbukit-bukit (asalkan masih di dalam area Arafah). Wukuf yang menjadi inti dari amalan haji sekurang-kurangnya dilakukan oleh seseorang dengan tinggal di dalam area Arafah antara waktu zawal (waktu Zhuhur) hingga terbit fajar di pagi hari nahar (10 Dzulhijjah), walaupun hanya sesaat, tidak berhenti dan tidak berdoa.

Apabila dia memasuki Arafah di luar waktu tersebut (zhuhur sampai subuh), maka ia dianggap telah ketinggalan ibadah haji (dia dianggap tidak melaksanakan ibadah haji). Apabila seseorang keluar dari Arafah setelah zawal tapi matahari belum terbenam, maka pada saat itu dia wajib untuk kembali masuk ke Arafah sampai terbit fajar. Jika ia melaksanakan hal ini, maka ia tidak terkena fidyah. Tapi apabila tidak melakukannya, maka ia harus membayar fidyah. Apabila seseorang keluar dari Arafah pada malam hari setelah matahari terbenam, tapi sebelum itu (pada waktu siang) dia belum masuk area Arafah, maka dalam hal ini dia tidak terkena fidyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *