Imam Syafi’i berkata: Apabila orang yang meninggal dunia berwasiat kepada orang yang tidak boleh diberi wasiat, baik karena ia ahli warisnya atau orang lain, atau kepada orang yang boleh diberi wasiat namun wasiatnya melebihi sepertiga harta; lalu orang yang berwasiatitu meninggal dunia dan para ahli waris sudah mengetahui apa yang diwasiatkan dan yang diwariskan oleh orang yang meninggal dunia itu, lalu para ahli waris mengatakan “Kami telah membolehkan apa yang dilakukan oleh orang yang berwasiat”, maka ada dua pendapat dalam hal ini: Pertama, perkataan mereka setelah mengetahui apa yang akan diwariskannya untuk mereka “Kami telah memperbolehkan apa yang dilakukan oleh yang berwasiat”, maka yang akan menerima wasiat diperbolehkan menerima wasiat. Ini seperti berhibahnya orang yang berwasiat, apabila mereka sudah menyerahkan kepadanya daritangan mereka sendiri, dan tidak ada alasan bagi ahli waris untuk mengambil kembali. Kedua, ia mengatakan, “Apa yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia adalah apa yang tidak boleh diwasiatkan.”
Sesuatu itu sebenarnya adalah milik orang yang Allah pindahkan kepada mereka, maka sesuatu itu ada di tangan mereka atau tidak adalah sama. Sikap memperbolehkan apa yang dilakukan orang yang meninggal dunia tadi adalah hibah dari mereka untuk orang yang mereka beri hibah itu. Siapapun yang telah diberikan oleh mereka itu boleh menerimanya, dan mereka dapat meminta kembali apa yang belum diserahkan.