Mengokohkan Kewajiban Zakat Dan Uraian Tentang Keutamaannya

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan dirikanlah shalat olehmu semua dan berikanlah zakat.” (al-Baqarah: 43) Allah Ta’ala berfirman pula:

“Dan mereka tidaklah diperintah, melainkan untuk beribadat kepada Allah, penuh keikhlasan mengerjakan agama untukNya, serta dengan kecondongan hati, demikian pula mendirikan shalat dan memberikan zakat. Yang sedemikian itu adalah agama yang benar.” (al-Bayyinah: 5)

Allah Ta’ala berfirman lagi:

“Ambillah sedekah dari sebagian hartabenda mereka, untuk memberikan serta menyucikan hati mereka.” (at-Taubah: 103)

Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Agama Islam itu didirikan atas lima perkara, yaitu menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah, mendirikan shalat, memberikan zakat, beribadat haji di Baitullah dan berpuasa dalam bulan Ramadhan.” (Muttafaq ‘alaih)

Dari Thalhah bin Ubaidullah bin Usman bin ‘Amr bin Ka’ab at-Taimi r.a., katanya: “Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w. yaitu dari penduduk  Najad, teruraikan rambut kepalanya, kita dapat mendengarkan dengungan suaranya, tetapi tidak dapat kita fahami apa yang diucapkan olehnya itu, sehingga ia mendekat kepada Rasuluilah s.a.w. Tiba-tiba orang tersebut  menanyakan perihal Agama Islam. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: Yaitu lima kali shalat dalam sehari semalam.” la bertanya: “Apakah tidak ada lagi kewajiban atas diriku selain shalat lima kali sehari semalam itu?” Beliau s.a.w. menjawab: “Tidak ada, melainkan kalau engkau ingin beribadat sunnah.”

Rasulullah s.a.w. lalu menyambung sabdanya: “Dan berpuasa dalam bulan Ramadhan.” Orang itu bertanya: “Apakah tidak ada kewajiban lain selain itu?” Beliau s.a.w. menjawab: “Tidak, melainkan kalau engkau hendak beribadat sunnah.”

Thalhah berkata: “Rasulullah s.a.w. lalu menyebutkan kepada orang itu perihal zakat, lalu orang itu bertanya: “Apakah tidak ada kewajiban lain atas diriku selain itu?” Beliau s.a.w. menjawab: “Tidak ada, melainkan kalau engkau hendak beribadat sunnah.”

Orang itu lalu menyingkir dan ia berkata: “Demi Allah, saya tidak akan menambah dari kewajiban-kewajiban itu dan tidak pula akan saya kurangi.” Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: “Orang itu akan berbahagia jikalau ia benar kata-katanya.” (Muttafaq ‘alaih)

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. mengutus Mu’az r.a. ke Yaman, lalu beliau s.a.w. bersabda:

“Ajaklah mereka itu untuk bersyahadat bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwa saya adalah pesuruh Allah. Jikalau mereka sudah mentaati untuk melakukan itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwasanya Allah mewajibkan atas mereka itu lima kali shalat dalam setiap sehari semalam. Jikalau mereka sudah mentaati yang sedemikian itu, maka beritahukanlah kepada mereka pula bahwasanya Allah mewajibkan sedekah yakni zakat atas mereka yang diambil dari golongan yang kaya-kaya di kalangan mereka dan dikembalikan kepada golongan yang fakir-fakir dari mereka.” (Muttafaq ‘alaih)

Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Saya diperintahkan oleh Allah, supaya saya memerangi kepada para manusia,sehingga mereka suka menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah pesuruh Allah mendirikan shalat dan memberikan zakat. Jikalau mereka telah melakukan yang sedemikian itu, maka terpeliharalah darah-darah serta hartabenda mereka daripadaku, sedang tentang hisab yakni perhitungan amalan mereka adalah terserah atas Allah.” (Muttafaq ‘alaih)

Dari Abu Hurairah r.a. katanya: “Ketika Rasulullah s.a.w. telah meninggal dunia, dan Abu Bakar r.a. telah menjadi khalifah, sedang telah menjadi kafirlah orang Arab yang kembali pada kekafiran. Umar r.a. berkata kepada Abu Bakar r.a.: “Bagaimanakah dasarnya engkau memerangi para manusia itu, sedangkan Rasulullah s.a.w. telah bersabda:

“Saya diperintah untuk memerangi para manusia, sehingga mereka mengucapkan La ilaha illallah, maka barangsiapa yang mengucapkan sedemikian itu,sungguh-sungguh ia telah terpelihara daripadaku akan hartabenda dan dirinya melainkan dengan haknya yakni yang sudah ditentukan dalam Agama Islam. Adapun hisabnya orang itu adalah atas Allah.”

Abu Bakar menjawab: “Demi Allah, niscayalah saya akan memerangi orang yang memperbedakan antara shalat dan zakat, sebab sesungguhnya zakat adalah haknya harta. Demi Allah andaikata orang-orang itu enggan memberikan kepadaku ikatan-ikatan -yang berhubungan dengan ketentuan zakat yang dulu pernah mereka tunaikan kepada Rasulullah s.a.w., niscayalah saya akan memerangi mereka sebab keengganan memberikannya itu.”

Setelah itu Umar berkata: “Demi Allah, tidaklah keterangan Abu Bakar itu melainkan saya telah melihat bahwa Allah telah membuka dada Abu Bakar untuk dasar melakukan peperangan, maka saya berpendapat bahwa itulah yang hak yakni benar.” (Muttafaq ‘alaih)

Dari Abu Ayyub r.a. bahwasanya ada seorang  lelaki berkata kepada Nabi s.a.w.: “Beritahukanlah kepada saya perihal sesuatu amalan yang dapat memasukkan saya  ke dalam syurga!” Beliau s.a.w. bersabda:”Supaya engkau menyembah kepada Allah, tidak menyekutu-kan sesuatu denganNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mempereratkan ikatan kekeluargaan.” (Muttafaq ‘alaih)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ada seorang A’rab -penghuni pedalaman negeri Arab mendatangi Nabi s.a.w. lalu berkata: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepada saya akan sesuatu amalan yang apabila saya mengerjakannya, maka saya dapat memasuki syurga.” Beliau s.a.w. menjawab:

“Supaya engkau menyembah kepada Allah, tidak menyekutukan sesuatu denganNya, mendirikan shalat, memberikan zakat yang diwajibkan dan berpuasa Ramadhan.”

Orang itu lalu berkata: “Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, saya tidak akan menambah dari itu semua.” Setelah orang itu menyingkir, Nabi s.a.w. lalu bersabda: “Barangsiapa yang senang jikalau melihat seseorang lelaki dari ahli syurga, maka hendaklah melihat orang ini tadi.” (Muttafaq ‘alaih)

Dari Jarir bin Abdullah r.a., katanya: “Saya berbai’at kepada Nabi  s.a.w. untuk tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan memberi nasihat kepada setiap orang Islam.” (Muttafaq ‘alaih)

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada seorangpun yang memiliki emas dan tidak pula yang memiliki perak, lalu ia tidak  menunaikan haknya zakatnya dari emas dan perak itu, melainkan apabila telah tiba hari kiamat nanti dibuatkan untuknya beberapa lembaran dari api neraka lalu di-panaskanlah dalam neraka Jahanam, kemudian diseterikalah lambung, kening dan punggungnya dengan lembaran-lembaran tadi, setiap kali ia telah menjadi dingin lalu dikembalikan lagi untuknya yakni dipanaskan dan diseterikakan lagi. Hal sedemikian itu terjadi dalam masa yang perkiraan lamanya ialah selama limapuluh ribu tahun – menurut hitungan hari dunia, sehingga diputuskanlah antara sekalian hamba Tuhan, lalu orang itu dapat mengetahui kelanjutan nasib dirinya, ada kalanya ke syurga dan ada kalanya ke neraka.”

Rasulullah s.a.w. lalu ditanya: “Ya Rasulullah, kalau unta bagaimanakah?” Beliau s.a.w. menjawab: “Tiada seorangpun yang memiliki unta yang ia tidak menunaikan haknya yakni zakatnya, dan setengah daripada haknya unta ialah memerah susunya di waktu  ia didatangkan di tempat air lalu air susunya itu disedekahkan kepada siapa saja yang memerlukan, melainkan apabila telah tiba hari kiamat, maka dibeberkanlah di mukanya sebidang tanah luas lagi licin dan unta-unta itu dalam keadaan yang gemuk-gemuk yang pernah dialaminya. Orang itu tidak akan kehilangan seekor anak untapun yakni seluruh miliknya itu lengkap dan semua untanya itu akan menginjak-injaknya  dengan  kakinya serta menggigitnya dengan mulutnya. Setiap kali ia telah dilaluinya oleh yang mula-mula, maka akan dikembalikan pula yang terakhirnya maksudnya terus saja unta-unta itu berputar-putar untuk menginjaknya. Hal ini terjadi dalam suatu masa yang  perkiraan lamanya itu ialah limapuluh ribu tahun, sehingga diputuskanlan  antara  seluruh  hamba Tuhan, lalu orang itu akan mengetahui kelanjutan nasibnya ada kalanya ke syurga dan ada kalanya ke neraka.”

Beliau s.a.w. lalu ditanya: “Ya Rasulullah kalau lembu dan kambing, bagaimanakah?” Beliau s.a.w. menjawab: “Tiada seorang yang memiliki lembu ataupun kambing yang ia tidak menunaikan haknya zakatnya, melainkan apabila telah tiba hari kiamat, maka  dibeberkanlah untuknya sebidang tanah luas lagi licin. Ia tidak akan kehilangan seekorpun dari ternaknya itu, di dalamnya tidak ada yang bertanduk lengkung, tidak ada yang tak bertanduk dan tidak ada pula yang patah tanduknya. Semuanya itu menuberuknya dengan tanduk-tanduknya tadi dan menginjak-injaknya dengan kaki-kakinya. Setiap kali ia telah dilalui oleh yang mula-mula, maka akan dikembalikan pula yang terakhirnya. Hal ini terjadi dalam masa yang perkiraan lamanya itu ialah limapuluh ribu tahun, sehingga diputuskanlah antara sekalian hamba Tuhan, lalu orang itu akan mengetahui kelanjutan nasibnya, ada kalanya ke syurga dan ada kalanya ke neraka.”

Beliau s.a.w. lalu ditanya: “Ya Rasulullah, kalau kuda bagaimanakah?” Beliau s.a.w. menjawab: “Kuda itu ada tiga macam. la bagi seseorang adalah merupakan dosa, ada pula yang bagi seseorang merupakan tabir untuk keperluan peribadi sehingga tidak memelukan bantuan orang lain,tetapi ada yang bagi seseorang merupakan pahala. Adapun kuda yang bagi seseorang itu merupakan dosa, ialah kuda yang diikatnya yakni dimilikinya untuk dijadikan bahan riya’ yakni berpameran, lagi untuk kemegahan atau untuk menentang kepada ummat Islam, maka kuda sedemikian inilah yang pemiliknya dapat memperoleh dosa. Adapun kuda yang dapat menjadi sebagai tabir ialah seseorang yang mengikatnya yakni memilikinya untuk sabilillah, kemudian ia tidak melalaikan haknya Allah dalam hal punggungnya yakni untuk dinaiki guna melakukan ketaatan ataupun di waktu ada keperluan sendiri, bahkan tidak melalaikan pula akan lehernya maksudnya diperhatikan apa-apa yang menjadi kemaslahatan kuda tadi dan melindunginya dari bahaya maka inilah kuda yang dapat menjadi Adapun kuda yang bagi pemiliknya merupakan pahala ialah seseorang yang mengikatnya -yakni memilikinya untuk kepentingan sabilillah saja dan diperuntukkan seluruh ummat Islam, digembalakan di tanah yang penuh tanaman ataupun taman yang banyak makanannya. Maka tidaklah kuda itu makan sesuatu dari ladang atau taman itu, melainkan dicatatlah untuknya beberapa kebaikan sebanyak apa yang dimakan oleh kuda tersebut, bahkan dicatatlah beberapa kebaikan sebanyak hitungan kotorannya dan kencingnya. Tidak pula kuda itu menempuh dengan kakinya lalu berlari ke sebuah atau dua buah bukit lalu kembali lagi ke tempat penggembalaannya melainkan Allah mencatat untuknya beberapa kebaikan sebanyak hitungan bekas langkahnya dan juga sebanyak kotoran-kotoran yang ada. Tidak pula pemiliknya itu melalui sesuatu sungai, laiu kuda itu minum dari sungai tadi,sedangkan ia tidak hendak memberi minuman padanya, melainkan Allah mencatat untuk pemiliknya itu beberapa kebaikan sebanyak hitungan tegukan yang diminumnya.”

Beliau s.a.w. ditanya lagi: “Ya Rasulullah, kalau keledai bagaimanakah?” Beliau s.a.w. menjawab: “Tiada sesuatu wahyu yang diturunkan kepada saya mengenai hal keledai ini, melainkan ayat yang tersendiri maknanya ini tetapi menghimpun segala macam persoalan, yaitu yang artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan seberat timbangan semut kecil dari kebaikan, maka ia akan mengetahuinya dan barangsiapa yang mengerjakan seberat timbangan semut kecil, dari kejelekan, maka ia akan mengetahuinya pula.” (az-Zalzalah: 7-8) (Muttafaq ‘alaih)

Dan ini adalah lafaznya Imam Muslim.

Alqa’ artinya ialah tempat yang rata dan luas dari bumi, sedang alqarqar ialah licin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *