Yang dimaksudkan dengan bercakap-cakap sebagaimana di atas itu ialah bercakap- cakap yang sifatnya mubah dalam selain waktu sehabis shalat Isya’ itu, yakni yang mengerjakan atau meninggalkannya sama saja artinya tidak berpahala dan juga tidak berdosa.
Adapun percakapan yang diharamkan atau yang dimakruhkan dalam selain waktu itu, maka jikalau dalam waktu ini yakni sehabis shalat Isya’ menjadi lebih-lebih lagi haram dan makruhnya. Tetapi percakapan yang mengenai soal-soal kebaikan semacam ingat mengingatkan perihal ilmu pengetahuan keagamaan atau cerita-cerita mengenai orang-orang yang shalih, tentang budi pekerti luhur ataupun berbicara dengan tamu atau beserta orang yang hendak menyelesaikan keperluannya dan Iain-Iain sebagainya, maka samasekali tidak ada kemakruhannya, bahkan dapat menjadi disunnahkan. Demikian pula bercakap-cakap karena ada sesuatu keuzuran yakni kepentingan dan sesuatu yang datang mendadak, juga tidak dimakruhkan. Sudah jelaslah Hadis-hadis yang shahih dalam menguraikan soal-soal sebagaimana yang saya sebutkan di atas.
Dari Abu Barzah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu tidak suka tidur sebelum melakukan shalat Isya’ dan juga tidak suka bercakap-cakap sehabis melakukan shalat Isya’ itu. (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersembahyang Isya’ pada akhir hayatnya, lalu setelah bersalam beliau s.a.w. bersabda: “Adakah engkau semua mengetahui malam harimu ini. Sesungguhnya pada pangkal seratus tahun lagi tidak seorangpun yang tertinggal dari golongan orang yang ada di atas permukaan bumi pada hari ini yakni di kalangan para sahabat dan manusia yang Iain-Iain.” (Muttafaq ‘alaih)
Keterangan: Apa yang disabdakan oleh Nabi s.a.w. di atas adalah menjadi kenyataan ketika wafatnya sahabat beliau s.a.w. yang terakhir yaitu Abuththufail yakni ‘Amir bin Wailah. la wafat pada tahun110 H yaitu pangkal seratus tahun dari ketika beliau s.a.w. menyabdakan Hadis di atas. Hadis di atas menunjukkan bolehnya bercakap-cakap sehabis shalat Isya’, karena berhubungan dengan mempelajari ilmu pengetahuan.
Dari Anas r.a. bahwasanya para sahabat sama menantikan Nabi s.a.w. untuk shalat Isya’, lalu beliau s.a.w. datang kepada mereka hampir-hampir di pertengahan malam, kemudian bersembahyanglah beliau bersama mereka yakni shalat Isya’ itu. Anas r.a. berkata: “Selanjutnya beliau berkhutbah yakni memberi penerangan kepada kita, sabdanya: “Ingat, bahwasanya para manusia yang Iain-Iain sudah sama bersembahyang kemudian tidur, sedangkan engkau semua tetap dianggap seperti dalam bersembahyang, selama engkau semua menantikan dikerjakan sholat itu. (Riwayat bukhari)