Pada tahun 1348, lebih dari 60 juta orang penduduk dunia meninggal disebabkan oleh wabah ‘Pes’. Penyakit ini disebabkan oleh enterobakteria Yersinia pestis, yang dibawa kutu dalam hewan pengerat semisal tikus hitam. Kutu menyebarkan penyakit ketika mengisap darah tikus atau manusia. Wabah Pes dikenal dengan black death karena menyebabkan tiga jenis wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan septikemik. Ketiganya menyerang system limfe tubuh, menyebabkan pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit kepala, muntah dan nyeri pada persendian. Wabah pneumonik juga menyebabkan batuk lendir berdarah, wabah septikemik menyebabkan warna kulit berubah menjadi merah lembayung. Dalam semua kasus, kematian datang dengan cepat dan tingkat kematian bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan 100% bagi septikemik.
Lima tahun sebelumnya, yakni tahun 1343, para pedagang dari kota-kota pelabuhan Laut Tengah dan Laut Hitam mengadakan perjalanan perdagangan ke China. Dalam perjalanan pulang, tepatnya di kota perdagangan Caffa di Semenanjung Krim, mereka dikepung oleh bangsa Tartar. Selama 3 tahun, kepungan bangsa Tartar tidak membuahkan hasil, para pedagang yang berasal dari Genoa itu tidak menyerah. Bangsa Tartar pun bereksperimen dengan melemparkan mayat-mayat pasukannya yang terkena penyakit ’Pes’ ke wilayah pedagang. Percobaan perang bakteri ini pun berhasil. Dalam waktu singkat, seluruh penduduk kota terjangkit ’Pes’ dan menelan ribuan korban jiwa. Para pengepung pun menghilang.
Mereka yang masih hidup segera kembali ke kapal dan berlayar pulang. Sebagian besar dari mereka meninggal di kapal, sisanya dapat mendarat di Konstatinopel, Genoa, dan Venesia. Di kota-kota pelabuhan inilah, mereka menulari keluarga, teman, dan orang yang disekitarnya. Penyakit ini pun menyebar luas di kota-kota pelabuhan Laut Tengah di pedalaman utara dan barat, dari Italia, Yunani, Prancis, Spanyol, hingga Inggris.
Jadi, penyebarannya tidak berbeda dengan penyebaran Pes dari Asia ke Semenanjung Krim. Tak ada satu desa pun yang luput, dan keganasannya bertambah sehingga pada tahun 1348 dua pertiga penduduk Eropa telah terkena. Selama delapan tahun wabah raya berkecamuk dan sekurang-kurangnya separuh dari jumlah penderita meninggal. Pada waktu itu tak ada tempat untuk bersembunyi. Mereka yang melarikan diri ke laut pun menemukan penyakit pes sebagai penumpang gelap di atas kapal.
Pelabuhan Venesia sebagai salah satu pelabuhan yang terbesar di Eropa melakukan upaya karantina dengan cara menolak masuknya kapal yang datang dan terjangkit Pes serta kapal yang dicurigai terjangkit penyakit ini. Pada tahun 1377 di Rogusa dibuat suatu peraturan bahwa penumpang dari daerah terjangkit penyakit Pes harus tinggal di suatu tempat di luar pelabuhan selama 40 hari atau hingga terbebas dari penyakit tersebut.
Para dokter spesialis kuman dan penyakit sepakat mengatakan bahwa data hasil penelitian menunjukkan manakala penyakit pes mewabah di suatu negeri, maka prosentase orang yang membawa kuman berjumlah 95%. Dan prosentase orang yang tampak berpenyakit berjumlah 20-30%. Sisanya adalah orang-orang yang membawa kuman akan tetapi zat kekebalan tubuhnya mengalahkan kuman tersebut. Apabila mereka tetap tinggal di tempat tersebut, maka kesehatan mereka tidak akan terancam. Namun apabila seorang dari mereka keluar dari tempat tersebut, maka dia akan menularkan penyakitnya. Langkah paling tepat untuk menanggulangi penyakit ini adalah dengan melakukan karantina kesehatan Yaitu agar tidak ada yang keluar-masuk pada tempat di mana penyakit pes sedang mewabah. Teknik karantina yang dilakukan di Venesia inilah, dianggap sebagai methode pencegahan penyebaran penyakit pertama di dunia. Namun, apakah teknik ini benar-benar yang pertama di dunia?
Wabah Pes diyakini telah bermula di Mesir dan Etiopia pada tahun 540 bergerak ke Sungai Nil dan menumpang kapal-kapal menuju ke Konstantinopel sepanjang rute perdagangan. Wabah ini diperkirakan telah membunuh 300.000 orang di Konstantinopel dalam waktu setahun pada tahun 544 dan terus berlanjut ke tahun-tahun berikutnya.
Saat wabah itu menyebar luas, Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila penyakit pes mewabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Dan apabila ia mewabah di suatu negeri dan kalian ada di dalamnya, maka janganlah keluar darinya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Untuk memastikan bahwa perintah akan dilaksanakan dengan baik, Nabi SAW. mendirikan tembok di sekitar daerah wabah dan menjanjikan kepada orang-orang yang sabar dan tinggal di daerah wabah dengan pahala sebagai mujahid di jalan Allah, sementara mereka yang melarikan diri dari tempat tersebut diancam dengan malapetaka dan kebinasaan. Nabi SAW. bersabda: “Orang yang melarikan diri dari tempat wabah itu adalah seperti yang melarikan diri dari pertempuran di jalan Allah. Sedangkan orang yang sabar dan tinggal di mana dia berada akan diberi pahala seperti pahala seorang mujahid.” (HR Ahmad). Jika penduduk Eropa mengenal Islam, wabah Pes akan cepat teratasi dan tidak akan menelan korban puluhan juta jiwa. Ahmad Ghozali.