Dari Usamah bin Zaid radhiallahu’anhuma, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang diberi sesuatu kebaikan seperti pemberian dan Iain-Iain oleh orang lain, lalu ia mengucapkan kepada orang yang melakukannya itu: “Jazakallahu khairan -Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepadamu, maka benar-benar ia telah mempersangatkan pujiannya itu.” Diriwayatkan oleh imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih
Dari Jabir r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Janganlah engkau semua berdoa untuk bahayanya diri sendiri, janganlah pula berdoa untuk bahayanya anak-anakmu semua dan jangan pula berdoa untuk bahayanya harta-hartamu semua yakni mendoakan supaya diri sendiri, anak atau hartanya itu mendapat bahaya atau kecelakaan, sebab tiada mencocoki doa-doa itu akan sesuatu saat yang di waktu itu Allah akan dimintai untuk mengabul-kannya, maka Allah pasti mengabulkan doamu tersebut,” yakni apabila diucapkannya doa itu tepat pada waktu yang mustajab, maka dikhuatirkan bahwa doa-doa untuk memohonkan bahaya dan kecelakaan tadi akan benar-benar terlaksana. (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sedekat-dekat seseorang hamba itu dari Tuhannya ialah dalam keadaan ia bersujud, maka dari itu perbanyakkanlah berdoa ketika bersujud itu.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Akan dikabulkanlah sesuatu doa bagi seseorang di antara engkau semua, selama ia tidak tergesa-gesa, lalu ia mengucapkan: “Saya sungguh-sungguh telah berdoa kepada Tuhanku, Tuhan tidak suka mengabulkan permohonanku itu.” (Muttafaq ‘alaih) tetapi Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:
Nabi s.a.w. bersabda: “Tidak henti-hentinya sesuatu doa bagi seseorang hamba itu akan dikabulkan, selama ia tidak berdoa untuk terjadinya sesuatu dosa atau untuk pemisahan kekeluargaan dan selama ia tidak tergesa-gesa.”
Beliau s.a.w. ditanya: “Ya Rasulullah, bagaimanakah artinya tergesa-gesa itu?” Beliau s.a.w. menjawab: “Yaitu jikalau orang itu berkata: “Sungguh-sungguh saya telah berdoa dan benar-benar saya sudah memohonkan, tetapi saya tidak mengetahui tidak meyakinkan bahwa Tuhan akan mengabulkannya,” selanjutnya orang itu lalu merasa menyesal di saat itu dan akhirnya meninggalkan ”
Dari Abu Umamah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. ditanya: “Manakah doa yang lebih pasti untuk didengar itu-selanjutnya lalu dikabulkan?” Beliau s.a.w. menjawab: “Yaitu di tengah malam yang terakhir dan sehabis shalat-shalat yang diwajibkan.”
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Dari ‘Ubadah bin as-Shamit r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w bersabda: “Tiada di atas bumi ini seseorang Muslim pun yang berdoa kepada Allah dengan sesuatu permohonan, melainkan Allah pasti akan memberikan itu padanya, ataupun akan memalingkan dari dirinya dari keburukan yang seumpama dengan itu, selama ia tidak berdoa untuk terlaksananya sesuatu dosa atau untuk pemisahan kekeluargaan.”
Kemudian ada seorang lelaki dari golongan kaum berkata: “Jikalau demikian, kita akan memperbanyakkan permohonan yang baik-baik itu, bagaimanakah?” Beliau s.a.w. menjawab: “Allah adalah Maha Lebih Banyak karunianya untuk mengabulkan permohonan yang banyak tadi.”
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih. Juga diriwayatkan oleh Imam Hakim dari riwayat Abu Sa’id dan di situ ditambahkan sabda Nabi s.a.w.: “Atau orang yang berdoa itu menabung pahala seumpama dengan doanya itu untuk dirinya sendiri.”
Dari Ibu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu ketika ditimpa oleh kesempitan yakni di waktu hati kesal dan ingin marah-marah, beliau s.a.w. mengucapkan:
“La ilaha illallahu ‘azhimul halim; La i/aha Illallahu rabbul ‘arsyil ‘azhim; La ilaha illallahu rabbus samawati wa rabbul ardhi wa rabbul ‘arsyil karim.”
Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Agung lagi Penyantun. Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Menguasai ‘arasy yang agung. Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Menguasai langit-langit dan Menguasai Bumi dan Menguasai ‘arasy yang mulia. (Muttafaq ‘alaih)