Pada suatu hari, Rasulullah saw. memberi pesan kepada para shahabatnya, agar mereka mempelajari al-Quran dari empat orang yang dianggap sebagai ahli dan andalan dalam ilmu agama: Abdullah bin Mas‘ud, Salim Maula Abu Hudzaifah, Ubai bin Ka‘ab, dan Mu‘adz bin Jabal. Dari keempat nama ini, Salim maula Abu Hudzaifah menjadi satu tokoh yang tak hanya dikenal karena kedalaman ilmunya, tetapi juga karena perjalanan hidupnya yang penuh inspirasi.
Perjalanan Hidup Salim: Dari Budak Menjadi Pemimpin
Salim, yang dikenal dengan nama Salim maula Abu Hudzaifah, dulunya adalah seorang budak belian. Dalam kebanyakan masyarakat, status seorang budak sering kali menghalangi mereka untuk mencapai posisi yang tinggi dalam kehidupan. Namun, Islam mengubahnya. Salim menjadi hamba yang dibebaskan oleh Abu Hudzaifah bin Utbah, seorang bangsawan Quraisy yang mulia.
Islam tidak hanya membebaskan Salim dari status budaknya, tetapi juga memberinya posisi yang terhormat. Ketika Islam menghapuskan adat kebiasaan mengangkat anak angkat, Salim tidak dikenal dengan nama ayah kandungnya, karena ia tidak tahu siapa orang tuanya. Namun, Islam memberi kebebasan untuk menyandang nama siapa saja yang telah membebaskannya, sehingga Salim pun dikenal dengan nama Salim maula Abu Hudzaifah.
Keimanan dan Ketakwaan Salim
Salim menjadi bagian dari generasi pertama umat Islam yang memeluk agama ini dengan penuh keyakinan. Keimanan dan ketakwaannya menjadikannya sebagai salah satu figur terkemuka di kalangan kaum Muslimin. Ia tidak hanya dikenal sebagai seorang yang saleh dan ahli al-Quran, tetapi juga sebagai seorang pejuang yang berani berbicara kebenaran, tanpa takut terhadap siapa pun.
Salim tidak hanya dihormati oleh para sahabat, tetapi juga oleh Rasulullah saw. yang berkata tentangnya, “Segala puji bagi Allah yang menjadikan dalam golonganku seseorang seperti kamu.” Sebuah pujian luar biasa yang mencerminkan betapa besar penghargaan Rasulullah terhadap Salim yang bukan hanya ahli dalam ilmu agama, tetapi juga dalam memperjuangkan kebenaran.
Peran Salim dalam Perang dan Keberaniannya
Salim tidak hanya menjadi ahli al-Quran, tetapi juga seorang pejuang yang berani di medan laga. Dalam pertempuran melawan pasukan Musailamah yang murtad, Salim menunjukkan keberaniannya dengan memikul panji Islam. Ia bersama Abu Hudzaifah, sahabat dekatnya, berjuang tanpa mengenal takut, siap mati demi mempertahankan agama.
Saat peperangan Yamamah pecah, Salim dan Abu Hudzaifah berjanji untuk mati syahid bersama. Keberanian mereka melawan pasukan murtad menjadikan mereka simbol kesetiaan dan pengorbanan yang tak ternilai harganya. Salim, meskipun terluka parah, tetap melanjutkan perjuangannya dengan semangat yang membara, hingga akhirnya ia gugur sebagai syahid di sisi sahabat tercinta, Abu Hudzaifah.
Kisah Keindahan Persaudaraan dan Pengorbanan
Kisah Salim dan Abu Hudzaifah adalah kisah tentang persaudaraan yang luar biasa. Keduanya menganggap satu sama lain lebih dari sekadar sahabat, tetapi sebagai saudara sejati dalam agama. Tidak ada perbedaan antara mereka, meskipun satu berasal dari bangsa Quraisy yang mulia, dan yang satunya lagi adalah seorang budak yang dibebaskan.
Ketika Salim jatuh dalam pertempuran, ia meminta untuk diletakkan di samping Abu Hudzaifah. Setelah mengetahui bahwa Abu Hudzaifah juga telah gugur sebagai syahid, Salim tersenyum dalam keadaan sekarat, merasa bahagia bisa menemui sahabat sekaligus saudara sejatinya di akhirat.
Hikmah dan Pesan dari Kisah Salim
Kisah hidup Salim maula Abu Hudzaifah mengajarkan kita banyak hal. Pertama, Islam mengajarkan bahwa status sosial, suku, dan warna kulit tidak menjadi penghalang bagi seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi. Yang terpenting adalah ketakwaan kepada Allah dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan. Salim adalah contoh nyata dari ajaran ini.
Kedua, kisah persaudaraan Salim dan Abu Hudzaifah mengingatkan kita akan pentingnya saling mendukung dan menolong sesama Muslim, tanpa memandang perbedaan. Mereka berjuang bersama, hidup bersama, dan akhirnya mati bersama demi agama yang mereka cintai.
Ketiga, Salim mengajarkan kita tentang keberanian untuk berbicara kebenaran. Ia tidak takut menegur Khalid bin Walid, pahlawan besar, ketika ia melihat adanya kesalahan. Dalam Islam, menegur dan mengingatkan sesama tentang kebenaran adalah bagian dari agama itu sendiri.
Kisah Salim, yang dulunya seorang budak belian, yang kemudian menjadi seorang yang dihormati dan menjadi andalan dalam ilmu agama, adalah bukti nyata betapa Islam mampu mengubah hidup seseorang. Ia menunjukkan bahwa dalam Islam, tidak ada perbedaan kasta atau status sosial. Yang terpenting adalah keimanan dan ketakwaan.
Ditulis oleh:
KH. Ahmad Ghozali Fadli, M.Pd.I
Pengasuh Pesantren Alam Bumi Al Qur’an, Wonosalam, Jombang

