Karya Tafsir KH. Ahmad Ghozali Fadli Menjadi Objek Skripsi Akademik: Ikhtiar Santri Menyemai Kemaslahatan Umat

Wonosalam, 25 Juni 2025 — Sebuah kabar menggembirakan datang dari dunia akademik Islam. Salah satu karya tafsir kontemporer karya ulama Nusantara, KH. Ahmad Ghozali Fadli, resmi menjadi objek penelitian skripsi ilmiah oleh Luluatunnisa’ Febriani, mahasiswi Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Anwar Sarang, Rembang.

Dalam skripsi berjudul “Metode Penafsiran Ahmad Ghazali Fadli dalam Al-Tafsīr al-Mauḍū’ī li al-Qur`an al-Karīm”, Luluatunnisa’ menggali secara sistematis pendekatan tafsir tematik (mauḍū’ī) yang digunakan oleh KH. Ghozali Fadli dalam membumikan nilai-nilai Qur’ani ke dalam kehidupan umat yang kompleks dan dinamis. Karya ini bukan hanya memperkaya khazanah tafsir Indonesia, tetapi juga menjadi jejak penting kontribusi pesantren dalam diskursus keilmuan akademik.

KH. Ghozali Fadli dan Warisan Tafsir Tematik yang Relevan

KH. Ahmad Ghozali Fadli adalah Pengasuh Pesantren Alam Bumi Al-Qur’an, pesantren yang terletak di kaki pegunungan Wonosalam, Jombang. Beliau dikenal sebagai ulama yang konsisten mendorong tafsir kontekstual, berpijak pada realitas kehidupan umat dan menjawab tantangan zaman melalui nilai-nilai Qur’ani.

Karyanya yang diteliti, yaitu “al-Tafsīr al-Mauḍū’ī li al-Qur`an al-Karīm”, merupakan tafsir tematik yang menghimpun nilai-nilai keimanan seperti iman, takwa, ikhlas, tawakal, sabar, rida, syukur, dan cinta (maḥabbah). Semua nilai ini disajikan dalam gaya penyajian yang sistematis, menyentuh psikologi masyarakat, dan menjawab persoalan kontemporer umat Islam.

KH. Ghozali dalam banyak kesempatan menegaskan bahwa tafsir bukan sekadar produk ilmu, tetapi harus menjadi jawaban kehidupan, penuntun jalan, dan pelita di tengah gelapnya tantangan zaman.

“Kami menulis tafsir ini agar Al-Qur’an tidak hanya dibaca, tapi dihayati. Tidak hanya dikhutbahkan, tapi diterapkan. Kalau kemudian diteliti, ini artinya Al-Qur’an sedang menumbuhkan kembali semangat berpikir umat.” — KH. Ahmad Ghozali Fadli

Tafsir Lokal yang Mendunia: Membumikan, Sekaligus Mengangkat

Dalam penelitiannya, Luluatunnisa’ menggunakan kerangka teori Ridlwan Nasir, yang menelaah tafsir berdasarkan sumber penafsiran, cara penjelasan, keluasan ulasan, dan susunan tematik ayat-ayat (tartib). Penelitian ini menunjukkan bahwa metode tafsir KH. Ghozali Fadli tidak hanya ilmiah dan sistematis, tetapi juga sangat aplikatif dan membumi.

Lebih dari itu, peneliti juga mencatat bahwa tafsir beliau merupakan tafsir tematik pertama yang diteliti secara akademis oleh mahasiswa di perguruan tinggi Islam, khususnya dalam kategori karya ulama pesantren yang hidup sezaman.

Dengan demikian, karya tafsir KH. Ghozali berhasil mengisi celah penting dalam tafsir tematik Indonesia, yang selama ini banyak mengandalkan literatur Timur Tengah. Kini, ulama pesantren Indonesia turut menyumbang peta intelektual tafsir tematik yang kuat dan kontekstual.

Menjadi Inspirasi bagi Generasi Santri dan Akademisi

Penelitian ini juga menjadi inspirasi bagi para santri, guru, dan mahasiswa di seluruh Indonesia. Luluatunnisa’, yang berasal dari lingkungan pesantren, membuktikan bahwa karya ulama lokal layak dan patut diteliti dalam kerangka akademik yang sahih dan ilmiah.

Dalam penutup skripsinya, ia menulis:

“Saya meyakini bahwa di balik lembaran-lembaran tafsir ini, ada cinta dan tangis ulama untuk umat. Inilah alasan saya memilih kitab ini, agar kita lebih dekat dengan ulama kita, dan lebih memahami Al-Qur’an dari mereka yang hidup bersama umat.”

Sebuah testimoni yang menunjukkan betapa penelitian ini bukan hanya karya ilmiah, tapi juga ungkapan cinta kepada ilmu dan ulama.

Bumi Al-Qur’an: Pesantren yang Menanam, Umat yang Menuai

Pesantren Alam Bumi Al-Qur’an memang sejak awal berdiri mengusung nilai-nilai keikhlasan, kesederhanaan, dan kemaslahatan semesta. Tidak mengejar popularitas, tetapi selalu menanam ilmu, adab, dan cinta kepada Al-Qur’an. Kini, benih-benih itu mulai berbuah.

Dengan adanya penelitian ini, terbukti bahwa pendekatan pesantren terhadap tafsir bisa menjadi model pendidikan Qur’ani yang membumi dan memberi solusi. Tafsir KH. Ghozali Fadli bukan hanya bahan kajian di kelas tafsir, tetapi juga menjadi referensi ilmiah bagi dunia akademik.

Penutup: Merawat Warisan, Menyambung Mata Rantai Ilmu

Redaksi Bumi Al-Qur’an News mengucapkan selamat kepada Luluatunnisa’ Febriani atas keberhasilannya menyusun skripsi penuh manfaat ini. Dan tentu, ucapan terima kasih serta doa tak henti untuk KH. Ahmad Ghozali Fadli, yang tak henti menanam nilai dan makna, bukan hanya di pegunungan Wonosalam, tetapi juga kini telah menjalar ke ruang-ruang ilmiah di kampus dan hati-hati umat.

Semoga karya ini menjadi pembuka jalan bagi lahirnya tafsir-tafsir kontekstual dari pesantren-pesantren di seluruh Indonesia, dan menginspirasi generasi muda untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai panduan hidup, bukan sekadar bacaan ibadah.

“Al-Qur’an diturunkan untuk manusia, maka tugas kita adalah menjadikan manusia kembali pada Al-Qur’an.” – KH. Ahmad Ghozali Fadli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *