Amr bin Ash adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang memiliki perjalanan hidup yang luar biasa. Awalnya dikenal sebagai salah satu musuh besar Rasulullah, Amr bin Ash akhirnya menjadi seorang sahabat yang berperan besar dalam penyebaran Islam, khususnya di Mesir. Perjalanan hidupnya yang penuh dengan perubahan dan pengorbanan menggambarkan kekuatan takdir dan karunia Allah yang dapat merubah kehidupan seseorang dari musuh menjadi pejuang Islam yang luar biasa.
Keislaman Amr bin Ash: Dari Musuh Menjadi Sahabat
Amr bin Ash adalah salah satu dari tiga tokoh Quraisy yang paling keras menentang dakwah Rasulullah. Selama bertahun-tahun, ia dan beberapa pemimpin Quraisy lainnya berusaha untuk menghentikan penyebaran Islam dengan berbagai cara, termasuk menganiaya para pengikutnya. Rasulullah saw. bahkan pernah berdoa agar mereka yang keras menentang Islam ini diberi adzab oleh Allah.
Namun, takdir berkata lain. Allah memberikan hidayah-Nya kepada Amr bin Ash, yang pada akhirnya menjadi salah satu panglima perang terkemuka dalam sejarah Islam. Keislamannya dimulai ketika Negus, Raja Habsyi, yang menghormati Amr bin Ash, menyarankannya untuk mengikuti Rasulullah setelah mendengar kabar tentang munculnya nabi yang membawa kebenaran. Amr pun kemudian menempuh perjalanan menuju Madinah dan akhirnya masuk Islam, mengangkat baiat kepada Rasulullah dengan penuh keyakinan bahwa Islamlah jalan yang benar.
Amr Bin Ash: Pembebas Mesir, Bukan Penakluk
Amr bin Ash dikenal sebagai “Penakluk Mesir”, namun gelar ini sering disalahpahami. Menurut banyak sejarawan, gelar yang lebih tepat untuk Amr adalah “Pembebas Mesir”. Saat pasukan Islam memasuki Mesir, negeri itu berada di bawah kekuasaan Romawi, yang menindas dan memperbudak rakyatnya. Amr bersama pasukannya tidak hanya datang untuk menaklukkan negeri itu, tetapi untuk membebaskan penduduk Mesir dari belenggu penjajahan dan memberikan mereka kesempatan untuk hidup dalam kebenaran dan keadilan yang diajarkan oleh Islam.
Amr bin Ash berharap agar pertempuran dengan Romawi dapat dibatasi, tanpa melibatkan penduduk Mesir yang merupakan mayoritas Kristen (Kopti). Ia berbicara kepada para pemuka agama Kristen Mesir dan menawarkan mereka pilihan: menerima Islam atau membayar pajak jizyah sebagai tanda perlindungan. Dengan sikap penuh kebijaksanaan, Amr berusaha menghindari konfrontasi yang lebih luas dan memilih dialog sebagai jalan perdamaian.
Kecerdikan dan Keberanian Amr Bin Ash
Salah satu kualitas yang membuat Amr bin Ash begitu dihormati adalah kecerdikan dan keberaniannya. Ia bukan hanya seorang pejuang yang terampil, tetapi juga seorang pemimpin yang bijaksana dalam mengambil keputusan. Salah satu contoh kecerdikannya adalah saat menghadapi ancaman dari pasukan Romawi yang berusaha menjebaknya dengan perangkap. Dengan kelihaiannya, Amr berhasil menghindari bahaya tersebut dan mengalihkan perhatian musuh, memastikan keselamatan dirinya dan pasukannya.
Di bawah kepemimpinan Amr, pasukan Islam berhasil mengalahkan Romawi di Mesir dan menandai awal penyebaran Islam yang lebih luas di wilayah tersebut. Amr tidak hanya menjadi panglima perang yang berjaya, tetapi juga seorang pemimpin yang memperkenalkan nilai-nilai Islam kepada penduduk Mesir, mengajarkan mereka tentang kedamaian, keadilan, dan kebebasan dari penindasan.
Amr Bin Ash dan Kepemimpinan Islam di Mesir
Setelah Mesir dibebaskan, Amr bin Ash diangkat menjadi gubernur Mesir oleh Khalifah Umar bin Khattab. Di bawah pemerintahannya, Mesir menjadi pusat perkembangan Islam yang penting. Amr memimpin dengan kebijakan yang adil, mengutamakan kesejahteraan rakyat, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.
Namun, meskipun ia seorang pemimpin yang sukses, Amr bin Ash juga tidak luput dari ujian kehidupan. Salah satunya adalah ujian terkait kekuasaan. Meskipun ia memiliki ambisi yang besar untuk memimpin, Amr tidak pernah membiarkan ambisinya menghalangi kewajibannya sebagai seorang Muslim. Bahkan ketika kekuasaan mulai memberinya kesenangan duniawi, ia tetap berusaha untuk menjaga integritas dan mengingatkan dirinya akan tanggung jawabnya di hadapan Allah.
Akhir Kehidupan Amr Bin Ash: Menghadap Allah dengan Keikhlasan
Pada tahun 43 Hijrah, Amr bin Ash wafat di Mesir. Sebelum meninggal, ia mengungkapkan perasaan penyesalan dan ketundukannya di hadapan Allah. Meskipun ia telah mencapai banyak kesuksesan dalam hidupnya, ia merasa bahwa ia masih penuh dengan kekurangan dan dosa. Dalam doanya yang terakhir, Amr memohon kepada Allah untuk mengampuni segala kesalahannya dan menerima amal ibadahnya.
Akhirnya, Amr bin Ash meninggalkan dunia ini dengan kata-kata terakhirnya: “La ilaha illallah,” yang berarti “Tiada Tuhan selain Allah.” Ia dimakamkan di Mesir, tanah yang telah ia bebaskan untuk menyebarkan Islam. Mesjid Jami’ Amr, yang dibangun oleh Amr, berdiri sebagai simbol dari perjuangannya dan pengorbanannya untuk Islam.
Warisan Amr Bin Ash
Kisah Amr bin Ash adalah kisah tentang perubahan, pengorbanan, dan keberanian. Dari seorang musuh Rasulullah yang keras, ia berubah menjadi salah satu sahabat yang paling dihormati. Amr bin Ash mengajarkan kita bahwa Islam mampu mengubah siapa saja, bahkan mereka yang paling keras menentang, menjadi pejuang yang penuh dedikasi untuk agama.
Peranannya dalam membebaskan Mesir dan menyebarkan Islam di wilayah tersebut tidak hanya diingat sebagai pencapaian militernya, tetapi juga sebagai bukti dari kecerdikannya dalam berpolitik dan berinteraksi dengan berbagai pihak. Ia adalah contoh nyata bagaimana seseorang dapat mencapai kedudukan tinggi tidak hanya melalui keberanian di medan perang, tetapi juga dengan kebijaksanaan dan keikhlasan dalam menjalani hidup.
Amr bin Ash meninggalkan warisan yang tidak hanya dirasakan di Mesir, tetapi juga di seluruh dunia Islam, sebagai pemimpin yang mengutamakan keadilan, kebijaksanaan, dan keikhlasan dalam setiap langkahnya.
Ditulis oleh:
KH. Ahmad Ghozali Fadli, M.Pd.I
Pengasuh Pesantren Alam Bumi Al Qur’an, Wonosalam, Jombang

