Ziyad Bin Abu Sufyan

Sumiyah, ibunda Ziyad, adalah seorang wanita pelacur. Abu Sufyan bin Harb mengaku bahwa dirinya satu-satunya lelaki yang menghamili wanita itu. Jadi dia ayah Ziyad.

Suatu hari Khalifah Mu’awiyah naik ke atas mimbar, dan menyuruh Ziyad untuk berdiri di sampingnya.

“Saudara-saudara sekalian, sungguh aku sudah mengenal siapa Ziyad ini. Tetapi, siapa di antara kalian yang memiliki bukti, silakan ajukan!” kata Mu’awiyah kepada para hadirin.

Semua yang hadir berdiri seraya memberikan kesaksian bahwa Ziyad adalah putera Abu Sufyan. Oleh Mu’awiyah ia lalu diangkat sebagai penguasa Kufah merangkap Bashrah.

Pada hari penobatan Ziyad sebagai penguasa kedua wilayah tersebut diadakan upacara arak-arakan yang cukup meriah. Seorang lelaki buta dari suku Bani Makhzum yang biasa dipanggil Abul Urban ikut menonton di pinggir jalan.

“Siapa yang diangkat sebagai penguasa kali ini?” tanya Abul Urban kepada seseorang di sebelahnya.

“Ziyad bin Abu Sufyan,” jawabnya.

“Apa? Setahuku Abu Sufyan tidak punya putera bernama Ziyad,” kata Abul Urban.

“Jadi, Ziyad siapa?” tanya orang itu.

“Sungguh banyak hal yang telah dirusak Allah, banyak rumah yang telah dirobohkan-Nya, dan banyak budak yang telah dikembalikan-Nya kepada tuan-tuannya,” jawab Abul Urban.

Seorang mata-mata kerajaan kebetulan mendengar ucapan Abul Urban tersebut. Ia lalu melaporkannya kepada Mu’awiyah. Khalifah ini segera mengirim seorang kurir membawa sepucuk surat berisi:

“Celaka kamu oleh ibumu. Setibanya suratku ini potonglah lidah laki-laki buta dan suku Bani Makhzum itu jika ia berani mengatakan lagi kalau kamu bukan putera Abu Sufyan.”

Ketika si kurir hendak mohon diri, Ziyad menitipkan uang sebanyak seribu dinar untuk Khalifah Mu’awiyah, seraya berpesan:

“Sampaikan salamku kepadanya. Katakan kepadanya, aku baru bisa mengirim uang sejumlah ini. Gunakan lebih dahulu! Kali lain aku akan mengiriminya lagi.”

Dengan ditemani seorang pengawal, esoknya Ziyad menemui laki-laki tuna netra dari Bani Makhzum itu.

Setelah mengucapkan salam, pengawal bertanya:

“Siapa orang yang bersamaku ini?”

“Dia pasti Ziyad bin Abu Sufyan,” jawabnya dengan tegas.

Sepeninggal kedua tamunya, laki-laki tuna netra dari suku Bani Makhzum itu menangis seraya berkata,

“Demi Allah, aku mengenal persis siapa Abu Sufyan.”

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *