Alhamdulillah, pada hari ketiga bulan Ramadhan ini, Insya Allah, akan kita kaji secara umum tentang isi kandungan Al Qur’an Juz 3. Mudah-mudahan Allah memberikan petunjuk ke Jalan yang lurus dan menjadi penerang dalam setiap kegelapan hidup.
Dalam juz 3 ini terdapat 2 surat berbeda. Yakni, 33 ayat dari akhir surat al Baqarah, dan 91 ayat surat Ali Imron. Diawali dengan pembahasan keistimewaan dan perbedaan derajat antar Rasul. Semuanya memiliki keistimewaan masing-masing disesuaikan dengan tingkat kesulitan dakwah pada suatu kaum.
Sebelum “Ayat Kursi” pada ayat 255, yang merupakan inti dari surat al Baqarah, pada ayat 254-nya didahului dengan perintah menginfaq-kan harta di jalan Allah. Sebelum datangnya hari tanpa jual-beli, tanpa persahabatan, dan tanpa syafa’at. Di sebut ayat Kursi, karena didalamnya terdapat kata “Kursi” yang bermakna Ilmu dan Kekuasaan Allah. Di dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa tiada Tuhan selain dirinya, yang terus menerus Hidup Kekal mengurus makhluk-Nya, tanpa mengantuk dan tidur. Menguasai langit dan bumi, serta tak seorang pun dapat memberi syafa’at kecuali atas seizin-Nya.
Meski Allah Maha Kuasa, namun tidak ada paksaan dalam memasuki agama Islam, agama yang diridhoi-Nya. Allah akan menjadi pelindung, bagi siapa saja yang beriman. Akan ditunjukkan jalan dan dikeluarkan dari kegelapan menuju cahaya kebenaran. Sedangkan bagi yang kafir, maka pelindungnya adalah setan-setan dan akan menghuni neraka dengan kekal.
Di ayat 258-260 menceritakan tentang kekuasaan Allah melalui 3 kisah. Pertama, nabi Ibrahim yang mendebat Raja Namrud yang dapat menghidupkan (membiarkan hidup) dan mematikan (membunuh) orang. Namun ketika Ibrahim meminta untuk menerbitkan matahari dari arah Barat, Namrud pun terdiam. Kedua, kisah seorang yang lewat suatu negeri yang hancur, dan bergumam bagaimana Allah akan menghidupkan negeri ini? Maka Allah pun mematikan orang tersebut selama 100 th, kemudian dibangkitkan kembali dan ditanya, tentang lamanya di negeri itu. Dia menjawab hanya sehari atau setengah hari. Allah pun menjawab bahwa dia telah di sana 100 th, dengan menunjukkan tanda-tandanya. Diantaranya tulang belulang keledainya, disusun kembali, dibalut dengan daging, kemudian dihidupkan oleh Allah SWT. Ketiga, tentang nabi Ibrahim yang meminta diperlihatkan bagaimana Allah menghidupkan orang mati. Allah pun menjawab, untuk mencincang 4 ekor burung dan ditempatkan di bukit-bukit secara terpisah, kemudian panggillah, niscaya mereka akan datang kepadamu bersama-sama dalam keadaan hidup.
Ayat 261-286 membicarakan tentang cara-cara menggunakan harta dan hukum-hukumnya. Diawali dengan perintah menafkahkan harta di jalan Allah SWT. Perumpamaannya, seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir dan tiap-tiap bulir, menghasilkan seratus biji. Allah melipatgandakan semua harta yang dinafkahkan. Sang pemberi infaq pun dilarang mengiringi hartanya dan menyebut-nyebut pemberian yang sudah dinafkahkan dan tidak menyakiti perasaan penerima. Karena perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan perkataan yang menyakitkan. Orang yang berinfaq dengan riya’ seperti batu licin yang diatasnya ada tanah liat, kemudian ditimpakan hujan lebat, bersihlah pahalanya seperti tanah liat itu, tak tersisa sedikitpun. Berbeda dengan yang berinfaq disertai mencari ridha Allah, bagaikan sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah dua kali lipat.
Namun, setan pun tidak tinggal diam, mereka menakut-nakuti dengan kemiskinan hingga kita menjadi kikir, sedangkan Allah menyediakan bagi penginfaq ampunan dan karunia yang besar. Diantara karunia itu, adalah Al Hikmah, mampu memahami al Qur’an dan as Sunnah dengan sangat baik. Tidak perlu risau, apa yang dinafkahkan dan dinazarkan (janji untuk melakukan suatu kebajikan, baik dengan syarat atau tidak), Allah Maha Mengetahui. Untuk itu, menampakkan sedekah itu baik, dan menyembunyikannya lebih baik lagi.
Apapun yang dinafkahkan, itu demi keuntungan penafkah sendiri, bukan penerima. Berinfaqlah kepada orang-orang fakir yang terikat di jalan Allah, mereka tidak dapat (bekerja) di muka Bumi, orang yang tidak sadar menyangka bahwa mereka kaya raya, tapi mereka memilihara diri dari meminta-minta. Kenalilah mereka, sifatnya tidak meminta kepada seseorang secara mendesak. Dan orang yang menafkahkan hartanya, mereka terbebas dari rasa khawatir dan tidak pula bersedih hati.
Ayat 275-281 berbicara tentang riba. Mereka yang makan makanan riba tidak akan tenang jiwanya, seperti berdirinya orang yang kemasukan setan. Mereka menyangka bahwa jual beli sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli, tapi mengharamkan riba dan memusnahkannya, serta menyuburkan sedekah. Bahkan sisa-sisa riba, harus segera ditinggalkan, jika termasuk orang-orang yang beriman. Allah pun mengancam, dengan memerangi mereka yang masih menjaga sisa riba. Untuk itu, jika ada yang berhutang yang memiliki kesukaran dalam pembayarannya, berilah dia tangguh sampai memiliki kelapangan. Dan periharalah diri ini dari adzab Allah SWT.
Ayat 282 merupakan ayat terpanjang dalam al Qur’an. Dijelaskan, tentang tata cara bermuamalat. Jika tidak dengan tunai, seperti jual beli, hutang piutang, sewa menyewa, hendaklah dicatat dan ditulis dengan benar, dan hendaklah yang berhutang/menyewa membacakan catatan itu dan bertaqwalah. Jika tidak mampu membaca, hendaknya walinya yang menggantikannya. Hadirkan pula 2 orang saksi laki-laki, jika tidak ada boleh 1 orang laki-laki dan 2 orang wanita. Jangan sampai saksi-saksi itu enggan dimintai kesaksian, apabila nanti terjadi masalah. Dan jangan malas untuk menulisnya, baik kecil maupun besar. Ini lebih adil di sisi Allah, lebih kuat persaksiannya, dan tidak menimbulkan keraguan. Dan janganlah penulis dan saksi saling menyulitkan, hal ini termasuk bentuk kefasikan. Dan pada ayat 283, dikuatkan bahwa jika dalam perjalanan, kemudian tidak mendapatkan seorang penulis, hendaknya penghutang meninggalkan barang tanggungan. Namun, jika sudah saling percaya, hendaknya menunaikan amanatnya dan bertaqwalah. Dan barang siapa yang menyembunyikan persaksian, dia adalah orang yang berdosa hatinya.
Ayat 284-286 yang merupakan akhir dari surat Al Baqarah. Dua ayat terakhir memiliki keutamaan dan sudah biasa dibaca. Rasulullah bersabda: “Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari Muslim)
Ayat-ayat ini menjelaskan, bagaimana Allah tidak membebani seorang hambanya di luar batas kemampuan. Allah hanya akan menghukum jika melanggar ketentuan-Nya dan memberi pahala dari kebajikan yang diusahakan. Para rasul pun berdo’a: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau salah. Ya Tuhan kami, jangan Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampuni kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”
Surat Ali Imron termasuk golongan Madaniyyah. Dinamakan Ali Imron, karena memuat kisah keluarga Imron, yang merupakan keluarga nabi Isa as. Maryam merupakan putri Imron yang juga ibu dari nabi Isa as. Surat al Baqarah dan Ali Imron ini disebut juga “Az Zahrawaani” (dua yang cemerlang), karena keduanya menyingkap hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, semisal kejadian nabi Isa as dan kedatangan nabi Muhammad SAW.
Pada ayat 1-32, diawali dengan membahas tentang Keesaan dan Kekuasaan Allah SWT. Sembilan ayat pertama menguatkan al Qur’an yang menjadi penyempurna bagi kitab-kitab sebelumnya. Kemudian Allah mengancam kepada orang kafir bahwa harta dan anak-anak mereka sedikitpun tidak akan menolak dari siska api neraka. Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada wanita, anak-anak, harta yang banyak dari emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan dunia, dan hanya di sisi Allah-lah tempat terbaik.
Pada ayat 18-22, Allah menyatakan tentang Keesaannya dan Keadilan-Nya, Allah juga menyatakan hanya Islam-lah agama yang diridhoi-Nya. Dan orang-orang kafir yang telah membunuh para nabi dan membunuh orang-orang yang menyuruh berbuat adil, mereka akan menerima siksa yang pedih.
Ayat 23-27, mengabarkan bahwa terdapat beberapa orang yang bahagia karena mendapatkan kitab , mereka diseru untuk menetapkan hukum diantara mereka, namun kebanyakan berpaling. Allah pun menguatkan Kekuasaanya dengan menyampaikan bukti-bukti kebenarannya, tentang kekuasaan menghendaki dan mencabut kerjaan dari seseorang, memasukkan siang ke malam, menghidupkan yang mati, dan memberi rizki tanpa batas.
Ayat 28-32 berisi tentang larangan berpihak kepada orang kafir. Bagi yang melanggar akan terlepas dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah Maha Mengetahui isi hati. Untuk itu, jika benar-benar mencintai Allah, ikutilah Dia dan Allah benar-benar akan mengasihani dan mengampuni segala dosa.
Ayat 33-63 berbicara tentang keluarga Imron. Sesungguhnya, Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imron melebihi segala ummat di zamannya. Semuanya bermula saat istri Imron bernadzar bahwa anak yang dikandungnya akan mengabdi di Baitul Maqdis. Lahirlah Maryam dan Allah menerima nadzar itu dengan penerimaan yang baik, mendidiknya dengan pendidikan yang baik, dan Allah menjadikan nabi Zakaria menjadi pemeliharanya. Setiap kali masuk mihrab, nabi Zakaria mendapati makanan dari Allah di sisinya. Itulah mengapa, nabi Zakaria pun memohon agar dikarunai anak yang sholeh. Jibril pun menyampaikan jawaban bahwa ia akan mendapatkan Yahya, meski telah renta dan istrinya mandul. Tandanya, dia tidak akan berkata-kata selama 3 hari.
Ketika malaikat Jibril mengabarkan akan datangnya seorang anak dari rahim Maryam, yang bernama Al Masih Isa, terkejutlah Maryam. Namun, Allah hanya cukup berkata, “Jadilah” lalu jadilah ia. Allah mengajarkan Isa al kitab, hikmah, taurat dan Injil, dan diutus untuk Bani Israil. Diberi mukjizat berupa mampu membuat burung dari tanah liat, menyembuhkan orang buta dan bernyakit sopak, menghidupkan orang mati, dapat mengabarkan apa yang dimakan dan di simpan dalam rumah. Namun, Bani Israil mengingkarinya. Hanya sedikit saja dari mereka, yang terkenal dengan nama Hawariyun.
Ayat 64-78 membicarakan tentang ahli kitab. Mereka saling membantah bahwa nabi Ibrahim dari golongan Yahudi atau Nasrani. Namun, Allah menyanggahnya, karena nabi Ibrahim datang sebelum ada Yahudi dan Nasrani. Dijelaskan bahwa yang paling dekat kepada nabi Ibrahim hanya orang-orang yang mengikutinya dan nabi Muhammad SAW, serta orang-orang yang beriman. Pada ayat 69-74 tentang penyesatan Ahli Kitab terhadap ummat Muhammad SAW, padahal mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan mencampuradukkan antara yang Haq dan Bathil. Untuk itu, jangan percaya mereka. Diantara keburukan-keburukan mereka, tidak amanah dalam memegang harta, suka melanggar janji, dan suka menukar ayat Allah.
Ayat 79-91 menyatakan bahwa tidak mungkin seorang nabi menyuruh untuk menyembah dirinya. Allah juga mengambil persaksian dari seluruh para nabi bahwa jika datang nabi bernama Muhammad SAW mereka akan beriman dan menolongnya. Perjanjian ini berlaku pula bagi ummatnya. Siapapun yang berpaling dari semua itu, merekalah orang yang fasik. Dan orang-orang kafir yang beriman kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya. Dan orang yang kafir dan mati dalam keadaan kafir, maka tidak akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh Bumi, meski mereka menebusnya dengan emas sebanyak itu.
Semoga Allah senantiasa memudahkan kita dalam mempelajari dan mengamalkan isi Al Qur’an. Amin.
Ditulis oleh: Ahmad Ghozali Fadli
Pelayan Pesantren Alam Bumi Al-Qur’an, Wonosalam, Jombang
Bismillah
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, semoga menjadi ladang pahala jariyah, bagi penulisnya dan bermanfaat bagi pembaca, aamiin ya Robbal’alamiin
Barakallahu fikum
Wa’alaikum salam…
Waiyyakum… Aamiin…
Jazakumullah khoiron Katsiran.