Ada seorang lelaki tua tiba di sebuah desa setelah melalui perjalanan panjang yang melelahkan. Seorang arif dan kaya raya mempersilahkan lelaki tersebut mampir sejenak ke rumahnya. Kemudian pria kaya tersebut menghidangkan beraneka macam minuman dan masakan.
Lelaki tua itu hanya memandangi semua makan lezat dan minuman yang terhidang. Dengan santun ia bertanya, “Bolehkah saya meminta secangkir kopi?” Sebuah permintaan yang sangat sederhana. “Hanya itu?” kata sang pemilik rumah kembali bertanya. “Ya Tuan, hanya itu,” jawab lelaki tua tersebut.
Kemudian lelaki itupun langsung meminum segelas kopi yang telah dihidangkan. Nampak ia betul-betul menikmati setiap teguk kopi yang ia minum sampai habis. Melihat pemandangan tersebut membuat sang pemilik rumah menawarkan secangkir kopi lagi. Tetapi lelaki tersebut menolak dengan bahasa yang sangat santun.
“Kenapa?” tanya sang pemilik rumah keheranan. “Karena saya tidak ingin kenikmatan dari secangkir kopi yang sebelumnya akan berkurang,” jawab lelaki tersebut sambil tersenyum.
Dari kisah tersebut dapat kita pahami bahwa kunci kebahagiaan ada pada kesederhanaan, cukup untuk kita nikmati. Kesederhanaan dalam hidup semua berawal dari pikiran. Hidup sederhana sama artinya dengan terus belajar menjernihkan pikiran, kesederhanaan membuat kita menemukan ketenangan pikiran.
Kemauan untuk selalu hidup sesederhana mungkin dapat menumbuhkan kreatifitas. Cobalah bertanya kepada diri sendiri tentang apa yang dapat anda lakukan dengan apa yang Anda miliki? Pertanyaan tersebut akan mendorong anda untuk memutar otak guna memecahkan suatu masalah dengan memanfaatkan apa yang sudah Anda miliki, daripada mencoba untuk membeli solusi yang berarti pengeluaran uang lagi.
Keuntungan lain dari hidup sederhana adalah tidak menimbulkan kecemburuan sosial, kesibukan yang berkurang, sehingga lebih banyak waktu untuk istirahat, mengembangkan diri, berbagi dengan orang lain dan lain sebagainya. Keuntungan yang terpenting adalah kita menjadi lebih bahagia dengan apapun yang kita miliki. Sementara keuntungan selalu ada dari hidup sederhana adalah biaya hidup menjadi lebih ekonomis.
Tidak sedikit orang yang mudah terpesona dengan hal-hal yang kompleks dan rumit. Dalam pikirannya, segala yang rumit atau kompleks, pastilah luar biasa, canggih, dan ‘wah’. Namun sayangnya kadang pandangan tersebut dibarengi dengan menganggap remeh hal-hal sederhana. Kesederhanaan dipandang hanya sebelah mata. Apakah benar kesederhanaan itu tidak luar biasa dan powerful? Pada prinsipnya manusia menginginkan kesederhanaan (simplicity), dan menghindari kerumitan (complexity).
Begitu juga dengan Islam. Islam selalu memberikan hikmah sesuatu kepada orang yang mau berpikir walau sesuatu itu kadang kita anggap sebagai hal yang sepele. Kesederhanaan Islam dalam perintah-perintahnya, sungguh ternyata di balik kesederhanaan itu mempunyai hikmah yang luar biasa.
Bahkan kita juga bisa mengambil hikmah dari sekedar alas kaki. Islam sangat menghormati tempat ibadah. Dengan melepas alas kaki sewaktu memasuki tempat ibadah berarti melepaskan kotoran-kotoran. Tentu tidak rela tempat untuk ibadah tapi kita mengotorinya dengan kotoran-kotoran yang melekat di alas kaki kita. Kalau kita tidak sengaja menginjak kotoran hewan lalu kita membawa masuk ke tempat ibadah… wah.. wah… Padahal tempat ibadah adalah tempat untuk hal-hal yang baik-baik.
Hikmah lain dari melepas alas kaki adalah dengan membuka alas kaki berarti kita mengurangi salah satu benda yang bisa kita pamerkan kepada orang lain. Karena tujuan adalah untuk beribadah, bukan pamer. Jadi segala merek alas kaki, tidak berarti lagi kala kita sudah menginjakkan kaki memasuki tempat ibadah.
Tempat ibadah Islam adalah milik siapa saja yang hendak beribadah. Sebagian jamaah yang tidak mampu, yang tidak mempunyai stok baju yang banyak juga tidak akan pernah khawatir atau merasa minder untuk memasuki tempat ibadah Islam. Karena yang penting hati, fisik yang bersih, dan baju yang menutup aurat, yang bersih, tidak terkena najis, jadi walau lusuh pun ga akan jadi masalah. Dan karena ketika ibadah kita memakai mukena. Sehingga semua merek baju yang mahal sekali pun, emas, berlian, bahkan atau yang sudah seperti toko emas yang berjalan, semua badan yang mulus, akan tertutup dan tidak berarti lagi ketika umat Islam sujud menyembah Allah. Dan ketika itu dapat dilihat bahwa semua sama di hadapan Allah. Kaya miskin, cantik jelek, dsb, tidak akan terlihat, yang terlihat adalah keimanan. Pada saat ibadah juga semua kesenangan di dunia ditinggalkan. Termasuk makan, minum, menyanyi, menari, dsb.
Islam tidak suka yang berlebih-berlebihan. Karena itu sebenarnya umat Islam juga dituntut untuk tidak berlebihan dalam berpenampilan. Yang bisa menjebaknya untuk berlomba-lomba memamerkan semua yang dia punya. Yang bisa menjebaknya dalam sifat sombong.
“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan” (QS Al-Fajr: 20)
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syetan dan syetan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya” (QS Al Israa’: 27)
Kesederhanaan itu adalah cerminan dari kematangan, semakin matang seseorang maka ia akan berlaku lebih sederhana dan simpel. Kesederhanaan yang paling baik adalah peristiwa ketika Allah mencipta segala sesuatu. Allah hanya mengatakan “kun fayakun”, maka jadilah apa yang diinginkan Allah. Ini merupakan gambaran Kesederhanaan Tingkat Tinggi..
Maha Besar Allah yang sudah memberikan banyak hikmah dibalik segala sesuatu.
WAKAF PEMBANGUNAN PESANTREN ALAM BUMI AL-QUR’AN (KLIK DI SINI)