Proporsi jarak antara Mekkah–Kutub Utara dengan jarak antara Mekkah–Kutub Selatan sama yakni 1,618 yang merupakan Golden Ratio (Rasio emas). Selain itu, proporsi jarak antara Kutub Selatan dan Mekah dengan jarak antara kedua kutub juga 1,618 unit.
Pengukuran menggunakan rasio emas kompas yang juga dikenal sebagai Leonardo kompas, membuktikan bahwa kota Mekkah juga terletak di Golden Ratio Point of Saudi sementara Ka’bah terletak di Mekkah Golden Ratio City. Menurut perhitungan probabilitas, semua bukti ini tidak dapat terjadi secara kebetulan.
Hubungan antara Kota Mekkah dan Golden Ratio jelas terukir dalam Surah Ali Imran ayat 96. Jumlah total semua huruf dalam ayat ini adalah 47 (dihitung beserta huruf aslinya). Menghitung Golden Ratio dari total surat, kata Mekkah tersirat pada angka: 47/1.618 = 29,0. Terdapat 29 surat-surat dari awal sampai ayat kata Mekkah seperti dalam peta dunia. Jika hanya satu kata atau huruf yang hilang, rasio ini tidak pernah bisa dipakai. Dengan tanpa batas, proses yang sama telah dilaksanakan pada peta dunia dan membuktikan koherensi mulia sejumlah surat yang mengungkapkan hubungan antara Mekkah dan Golden Ratio.
Leonardo da Pisa atau Leonardo Pisano (1175 – 1250), dikenal juga sebagai Fibonacci, seorang matematikawan asal Italia yang kemudian menetap lama di Aljazair inilah penemu bilangan Fibonacci dan memberikan peran besar dalam pengenalan sistem penulisan dan perhitungan bilangan Arab ke dunia Eropa (algorithma).
Melihat sistem bilangan Arab lebih sederhana dan efisien dibandingkan bilangan Romawi, Fibonacci berkelana ke penjuru daerah Mediterania untuk belajar kepada matematikawan Arab yang terkenal mada masa itu, dan baru pulang kembali sekitar tahun 1200-an. Pada 1202, di usia 27, ia menuliskan apa yang telah dipelajari dalam buku Liber Abaci, atau Buku Perhitungan. Buku ini menunjukkan kepraktisan sistem bilangan Arab dengan cara menerapkannya ke dalam pembukuan dagang, konversi berbagai ukuran dan berat, perhitungan bunga, pertukaran uang dan berbagai aplikasi lainnya. Buku ini disambut baik oleh kaum terpelajar Eropa, dan menghasilkan dampak yang penting kepada pemikiran Eropa, meski penggunaannya baru menyebarluas setelah ditemukannya percetakan sekitar tiga abad berikutnya.
Angka Fibonacci memiliki satu sifat menarik. Jika satu angka dibagi dalam deret tersebut dengan angka sebelumnya, akan didapat sebuah angka hasil pembagian yang besarnya sangat mendekati satu sama lain. Dan angka ini bernilai tetap setelah angka ke-13 dalam deret tersebut. Angka tersebut dikenal sebagai “golden ratio” atau “rasio emas”. Angka-angka yang dimaksud adalah 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, 377, 610, 987, 1597, 2584, …
Rasio emas juga terdapat pada bagian tubuh manusia. Contoh pertama dari rasio emas pada tubuh manusia rata-rata adalah jika antara pusar dan telapak kaki dianggap berjarak 1 unit, maka tinggi seorang manusia setara dengan 1,618 unit. Hal tersebut juga dapat dihitung antara ujung jari dan siku atau jarak antara pergelangan tangan dan siku. Begitu pula dengan jarak antara garis bahu dan unjung atas kepala atau panjang kepala. Jarak antara pusar dan ujung atas kepala atau jarak antara garis bahu dan ujung atas kepala juga memiliki rasio emas. Jarak antara pusar dan lutut atau jarak antara lutut dan telapak kaki pun tidak ketinggalan.
Jari-jemari memiliki tiga ruas. Perbandingan ukuran panjang dari dua ruas pertama terhadap ukuran panjang keseluruhan jari tersebut menghasilkan angka rasio emas. Perbandingan ukuran panjang jari tengah terhadap jari kelingking merupakan rasio emas pula. Rasio emas yang sama juga dapat dilihat pada bentuk wajah dan paru-paru. (ghozali/beragam sumber).