Imam Syafi’i berkata: Apabila seseorang mewakilkan suatu urusan kepada orang lain, maka tidak boleh bagi wakil untuk mewakilkan urusan itu kepada orang lain lagi, baik keadaan wakil sedang sakit atau hendak bepergian jauh, ataupun ia tidak ridha menjadi wakil. Sebab, orang yang menunjuknya menjadi wakil ridha dengannya dan belum tentu ridha bila diwakili oleh orang lain.
Apabila orang yang mewakilkan urusannya berkata kepada wakilnya “Engkau boleh mewakilkan urusan ini kepada siapa saja yang engkau anggap tepat”, maka si wakil dapat mewakilkannya disertai keridhaan dari orang yang mewakilkan. Seorang wakil tidak memiliki kewenangan selain pada apa yang diwakilkan kepadanya. Begitu pula seseorang tidak dapat menjadi wakil hingga dijelaskan jenis perwakilannya, apakah dalam hal jual-beli, titipan, peradilan, pembangunan atau selain itu.