Obat Anti Galau

Tahun 2001, seorang profesor Radiology fakultas kedokteran Universitas Philadelphia, Amerika, Prof. DR. Andrew Newberg, bersama tim melakukan penelitian seputar otak manusia. Dengan menggunakan teknologi terbaru scanning otak, tim berhasil mendapatkan penemuan baru. Yakni, ditemukannya pusat di otak yang aktif melakukan perenungan (mediation) dan pengembalian fungsi fisik dasar kepada kondisi istirahat (state rest). Hal ini menandakan bahwa otak dapat menstimulus keadaan seseorang, dari kondisi galau, strees, atau pesimis, menuju sikap tenang, optimis, dan percaya diri.

Pusat otak tersebut telah di desaign untuk mengenal pencipta-Nya. Untuk itu, manusia tidak akan pernah terlepas dari rasa percaya kepada pencipta-Nya, kecuali mereka berpura-pura buta terhadap fitrah yang sudah ada, atau mereka tidak menggunakannya. Kondisi inilah yang membedakan setiap manusia, menggunakan otaknya secara maksimal atau tidak.

Otak bukan hanya sebuah alat yang berfungsi untuk mengalisis, berfikir, atau menghafal. Akan tetapi ia juga disiapkan untuk melaksanakan tugas ibadah untuk menjaga keselamatan jiwa dan fisik dengan arahan-arahan praktek aktif melalui sistematika saraf dan hormone yang saling terikat.

Perenungan yang dilakukan secara teratur akan memperbaharui kemampuan untuk pindah ke alam jiwa yang tenang dan terhindar dari tekanan-tekanan. Dalam kondisi seperti itu, seseorang akan tidak lagi memikirkan hal-hal di dunia luar, kendati luar biasa banyak. Pada tingkat tertentu, kekuatannya akan bertambah untuk menanggung beban sakit pada anggota fisik.

Lawrence McKinney, seorang pakar penyakit jiwa Amerika Serikat, menyatakan bahwa melaksanakan perenungan yang mendalam dapat menolong seseorang mengalahkan rasa kepedihan jiwa dan perasaan pesimis, serta mampu mengembalikan keseimbangan dalam mendistribusikan aktivitas pada pusat-pusat otak. Sehingga dapat mengosongkan ruang kegalauan, depresi, stress, dan kehilangan harapan.

Dalam penelitian lain, Dr. John Barefoot dari Pusat Medis Universitas Duke of Amerika, menguji seberapa besar pengaruh sikap otpimis terhadap pasien dalam kesembuhan penyakitnya, yang akhirnya memengaruhi peluang mereka untuk bertahan hidup.

Penelitian tersebut difokuskan pada dampak harapan pasien terutama yang berhubungan dengan kondisi kesehatannya, kemampuan untuk melangsungkan kehidupan secara normal, dan yang berkaitan dengan aktivitas serta latihan fisik. Pada akhirnya, sikap optimislah yang mampu merubah kesehatan fisik seseorang. Sebaliknya, seorang yang berjiwa pesimis dapat membinasakan dirinya sendiri, terutama pengidap penyakit jantung. Dalam penelitian itu, menunjukkan adanya tingkat kerentanan bagi pasien penyakit jantung yang dapat mengakibatkan kematian.

Penelitian dilakukan terhadap 2800 pasien yang menderita sakit arteri koroner yakni penyakit yang menyerang pembuluh darah jantung yang berfungsi menyuplai makanan sel-sel jantung. Pasien tersebut diminta untuk mengisi kolom pertanyaan untuk mengukur tingkat optimisme untuk kembali pulih dari sakit dan hidup dalam keadaan normal. Hasilnya, 978 pasien meninggal dalam kurun waktu 6-10 tahun sejak permulaan penelitian ini. Sedangkan sisanya, meninggal lebih cepat. Hal ini mengungkapkan bahwa 66% penyebab kematian mereka adalah penyakit itu sendiri, yakni arteri koroner.

Hasil penelitian ini mengungkapkan adanya tingkat kematian pasien yang menunjukkan sikap pesimis dua kali lipat dibanding dengan pasien yang memiliki sikap optimis. Sehingga penelitian ini menguatkan bahwa kondisi pasien yang depresi, strees, galau dan pesimis memengaruhi kondisi fisik mereka sendiri yang mengakibatkan kematian.

Hanya dengan mengingat Allah, pusat otak akan bekerja dan hati menjadi tenang. Kerisauan, kegalauan, depresi, strees, pesimis akan berubah menjadi semangat, optimis, dan percaya diri. Jiwa tenang, raga pun seimbang.

Allah berfirman: Orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan hati mereka tenang dengan dzikrullah (mengingat Allah). Ingatlah! Dengan mengingat Allah itu hati akan tenang. Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, keberuntunganlah bagi mereka dan bagi mereka sebaik-sebaik tempat kembali (Surga)”. (Q.S. Ar-Ra’du: 28 – 29). Ahmad Ghozali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *