Saya ingin memulai bisnis, tapi kadang masih takut berapa modal yg harus keluar. apakah memulai bisnis harus memakai modal yang besar?
Aditya-Sidoarjo
Pertanyaan ini sering keluar didorong karena ketakutan dalam mengawali bisnis. Padahal bisnis tidak semenakutkan yang selama ini kita bayangkan. Bisnis itu pada dasarnya asyik bahkan membuat sebagian kita terlena dan enggan keluar dari zona ini. Ketika kita berfikir bagaimana mengawali sebuah bisnis, pasti yang kita pikirkan adalah bagaimana cara mendapatkan modalnya dan seberapa besar yang kita butuhkan. Padahal modal bukan pondasi dari suksesnya bisnis. Banyak cerita teman-teman yang mengawali bisnis dengan modal besar tapi malah hancur di tahun pertama perjalanan bisnisnya. Banyak juga cerita yang sukses mengawali bisnis dengan modal seadanya karena memang ga ada sama sekali. Jadi modal jangan dijadikan tolak ukur dalam mengawali bisnis. Contoh kecil, seperti yang dialami bang Udin berikut dialognya:
Udin: Kalo kita mau berbisnis gimana dong.?
Sebentar sebentar… kamu mau berbisnis apa dulu.? Tentukan aja bisnismu ntar kita ulas sebagai contoh di bisnis-bisnis yang lain. Jangan asal njeplak aja karena mungkin aja ini awal dari langkah kamu menjadi sebuah cerita kesuksesan yang 5 tahun lagi bakal kamu ceritain dengan bangga ke peserta seminarmu.
Udin: Nah betul itu, saya jadi bayangin mengisi sebuah seminar bisnis dengan pendengar yang begitu antusias mendengar cerita sukses saya..
Halaaah.. Belum apa-apa sudah bayangin yang aneh-aneh. Tapi bener juga sih. Puasin dulu bayanginnya dan rasakan seolah itu sudah terjadi. Orang akan antusias dengan cerita bisnis kita kalau kesuksesan bisnis diawali dengan modal yang sedikit atau nyaris nol. Kalo sukses dengan modal banyak sampai ratusan juta sih ya ga menarik lagi ceritanya. Modal besar bisa sukses sih wajar.
Udin: Oke oke.. saya jadi tambah semangat nih. Coba kalau saya mau bikin bisnis kuliner gimana? Kan banyak tuh orang-orang kaya yang sukses di bidang ini.
Boleh kita mencontoh orang lain. Tapi setidaknya sama ga hobby kita atau kebiasaan kita dengan orang yang kita contoh. Bahasa yang lebih mudahnya, sama ga passion kita sama orang yang kita contoh. Jangan waktu bisnis di tengah jalan kita tiba-tiba bosan dan melirik ke bisnis lainnya.
Oke lah anggap kamu sudah cocok dengan kuliner. Lalu pertanyaan mendasar saya, kamu punya modal berapa?
Udin: Lho kan tadi dibilang modal bukan pondasi kesuksesan. Gimana sih?
Udah jawab aja dulu, modal kamu berapa?
Udin : 100.000 aja sih yang ada
Hahahhaha … jawab gitu aja kok susah amat
Udin: Nah kan malah diketawain
Modal uang memang bukan syarat utama. Tapi modal kejujuran yang lebih penting untuk mengukur seberapa kuat nilai kita yang nantinya akan kita jadikan bagaimana bisnis kulinernya. Oke saya anggap modal kamu Cuma 100.000. Jadi dengan uang segitu ga ada pilihan lain selain memanfaatkan halaman rumah kamu untuk tempat bisnisnya. Juga dengan kursi tamu yang harus dikeluarkan di depan rumah. Begitu juga dengan alat-alat memasak seperti kompor, penanak nasi, dan lain-lain.
Tata semua barang-barang itu di depan rumah sebagus dan selayaknya sebuah warung makan. Masak iya nata gini aja perlu bantuan saya. Hehehehehe
Udin : Kalo Cuma nata sih saya bisa, terus gimana lagi?
Oke lalu kamu tata juga piring, sendok, dan gelas agar cepat sedia ketika dibutuhkan. Ingat satu hal, kesempatan tidak akan berulang kali. Sampai sini kamu harus benar-benar menyiapkan halaman rumah kamu seapik mungkin dan sesiap mungkin dalam menerima pelanggan.
Kemudian dengan uang 100.000 yang kamu punya tadi. Belanjakan sebagian untuk mie instan dan telor atau makanan kecil yang harganya murah untuk dijual di warung kamu. Untuk kopi, teh, gula dan lain-lain kan merupakan barang wajib di dapur. Dan itu pasti kamu punya juga kan? Manfaatkan apa yang ada untuk melengkapi ketersediaan makanan di warung.
Yang terpenting, sisakan 30.000 untuk mencetak banner.
Udin : Banner? Untuk Apa?
Ya, banner untuk mencetak nama warung kamu. Pasang nama warung kamu di tepi jalan yang paling terlihat dari berbagai sisi. Sebisanya tulisan dan warna harus mencolok biar orang tertarik ingin mampir atau minimal ingin mencoba warung kamu. Dan saat itu lah bisnis kita dinilai.
Udin : Terus bagaimana lagi biar cepat sukses?
Ya harus sabar dong. Sampai segitu dulu aja. Yang penting bisnis kamu sudah berjalan dan siap untuk belajar bagaimana mengolah bisnis kuliner yang baik. Jangan lupa pesan saya, pertama kali buka fotoin tuh pelanggan pertama, model warung kamu, dan semua tentang warung kamu saat itu. Biar kamu bisa banggain saat kamu sudah punya 10 cabang bagaiamana awal cerita kesuksesan kamu