Menyegerakan Thawaf di Baitullah Ketika Memasuki Makkah

Imam Syafi’i berkata: Dari Atha, ia berkata bahwa ketika Rasuiullah SAW memasuki kota Makkah, beliau tidak menoleh ke kiri dan ke kanan, beliau juga tidak berbelok-belok jalannya.

Imam Syafi’i berkata: Tidak ada riwayat yang sampai kepada kami bahwa ketika Rasuiullah SAW memasuki kota Makkah, beliau Hadits tersebut terdapat dalam Musnad Imam Syafi ‘i. Hadits tersebut terdapat dalam Musnad Imam Syafi’i pernah menengok atau memperhatikan sesuatu atau berbelok-belok jalannya. Ini dilakukan ketika beliau melaksanakan haji dan ketika melaksanakan umrah. Yang beliau lakukan adalah langsung memasuki Masjidil Haram dan tidak melakukan shalat serta ibadah yang lain, tapi beliau langsung melakukan thawaf. Ini beliau lakukan ketika melaksanakan haji atau umrah. Atha’ pernah memerintahkan kepada orang yang berumrah ketika memasuki Masjidil Haram agar segera thawaf di Baitullah, dan jangan melakukan shalat sunah sebelum dia melakukan thawaf. Apabila mendapat orang-orang sedang shalat wajib ketika ia memasuki Masjidil Haram, maka ikutilah shalat wajib itu bersama mereka. Tidak disunahkan untuk shalat sunah setelah shalat fardhu itu sebelum dia melaksanakan thawaf. Apabila dia datang dan shalat fardhu belum dilaksanakan, maka janganlah dia duduk dan menunggu, akan tetapi segeralah melaksanakan thawaf. Apabila ditengah-tengah thawaf ia mendengar suara iqamah berkumandang (shalat wajib akan dilaksanakan), maka shalatlah bersama orang-orang. Setelah itu, dia meneruskan dan menyelesaikan thawafnya.

Imam Syafi’i berkata: Menurut saya, seseorang yang mampu untuk melakukan thawaf lebih baik tidak melakukan apapun sebelum ia melakukan thawaf, kecuali jika ia belum melaksanakan shalat fardhu, maka lebih baik baginya melakukan shalat fardhu terlebih dahulu. Atau ia masuk ke Masjidil Haram pada waktu shalat hampir habis, maka lebih baik baginya melakukan shalat itu. Atau jika dikhawatirkan akan ketinggalan dua rakaat sunah fajar (qabliyah subuh) atau khawatir ketinggalan shalat witir, maka lebih baik dia melakukan shalat itu terlebih dahulu. Menurut pendapat saya, baik laki-laki ataupun perempuan, ketika mereka datang ke Masjidil Haram di malam hari, maka hukumnya sama, yaitu disunahkan untuk segera memasuki Masjidil Haram dan melaksanakan thawaf di Baitullah. Tapi bagi seorang perempuan ketika memasuki Masjidil Haram di siang hari, maka menurut saya lebih baik menunda thawafnya sampai datang waktu malam, agar dirinya tidak dilihat oleh kaum laki-laki.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *