Mengapa Pembinaan Lebih Diberi Prioritas?

Mengapa pembinaan lebih diberi prioritas daripada peperangan?

Dalam memberikan jawaban bagi pertanyaan di  atas  dapat  kami jelaskan beberapa hal berikut ini:

Pertama,  sesungguhnya  peperangan dalam Islam bukan sembarang perang. Ia adalah  peperangan  dengan  niat  dan  tujuan  yang sangat  khusus. Ia adalah peperangan dalam membela agama Allah SWT. Nabi saw  pernah  ditanya  tentang  seorang  lelaki  yang berperang   karena  perasaan  fanatik  terhadap  kaumnya,  dan seorang yang berperang agar dia dikatakan  sebagai  pemberani, serta  orang  yang berperang untuk memperoleh barang pampasan, manakah di antara mereka  yang  termasuk  berperang  di  jalan Allah?   Nabi   saw  menjawab,  “Barangsiapa  berperang  untuk menegakkan kalimat Allah, maka dialah  yang  berada  di  jalan Allah.” 4

Sikap  melepaskan  diri  dari  berbagai dorongan duniawi tidak dapat muncul dengan tiba-tiba, tetapi harus melalui  pembinaan yang  cukup  panjang,  sehingga  dia melakukan ajaran agamanya hanya untuk Allah.

Kedua, sesungguhnya hasil perjuangan yang ingin dinikmati oleh orang-orang  Islam yang ikut berperang ialah kemenangan mereka atas  kekafiran.  Kemenangan  dan  kekuasaan  ini  tidak  akan diberikan  kecuali  kepada   orang-orang  yang  beriman  dan melaksanakan   tugas   serta   kewajibannya.  Mereka  adalah orang-orang yang disebutkan dalam firman Allah:

“…sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar…” (al-Hajj: 40-41)

“Dan Allah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang salih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku…”(an-Nur: 55)

Sesungguhnya orang-orang yang diberi kedudukan dan  kemenangan oleh Allah sebelum pembinaan mereka ‘matang,’ seringkali malah melakukan berbagai kerusakan di muka bumi  daripada  melakukan perbaikan.

Ketiga,  menurut  sunnatullah,  kedudukan itu tidak akan dapat terwujudkan, kecuali setelah orang yang  berhak  memperolehnya lulus dari berbagai ujian Allah terhadap hati mereka, sehingga dapat dibedakan antara orang yang buruk hatinya dan orang yang baik hatinya. Itulah salah satu bentuk pendidikan praktis yang dialami oleh para nabi dan orang-orang yang menganjurkan orang lain  untuk  berpegang  kepada ajaran Allah pada setiap zaman. Imam Syafi’i pernah ditanya, “Manakah yang  lebih  utama  bagi orang  mu’min, mendapatkan ujian atau mendapatkan kedudukan di muka bumi ini?” Dia menjawab, “Apakah ada pemberian kedudukkan sebelum  terjadinya  ujian?  Sesungguhnya  Allah Azza wa Jalla memberikan kedudukan kepada Yusuf setelah dia mengalami  ujian dari Allah, sebagaimana yang difirmankan-Nya:

“Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja dia kehendaki di bumi Mesir itu…” (Yusuf: 56)

Sesungguhnya kedudukan yang diperoleh dengan cara  yang  mudah dan  gampang  dikhawatirkan  akan mudah dihilangkan oleh orang yang mendudukinya dan menyia-nyiakan hasilnya. Berbeda  dengan orang-orang  yang  berjuang dengan jiwa dan harta benda mereka sendiri, sehingga mereka merasakan suka-duka, dan  ujian  yang sangat berat hingga dia diberi kemenangan oleh Allah SWT.

Catatan kaki:

4 Diriwayatkan oleh Jama’ah (Ahmad dan penyusun al-Kutubal-Sittah), dari Abu Musa, Shahih Jami’ as-Shaghir (6417) ^

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *