Allah Ta’ala berfirman:
“Hai sekalian orang yang beriman! Jikalau engkau semua berdiri hendak bersembahyang, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai ke siku dan sapulah kepala dan basuhlah kakimu sampai ke matakaki. Dan jikalau engkau semua berjunub, maka sucikanlah dirimu yakni mandilah. Dan jikalau engkau semua sakit atau dalam bepergian atau seseorang dari engkau semua datang dari buang air atau bersetubuh dengan wanita, lalu engkau semua tidak mendapatkan air, maka cariiah tanah yang baik atau bersih yang digunakan untuk bertayammum, kemudian sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak menghendaki untuk membuat kesempitan kesukaran atasmu semua, tetapi hendak menyucikan engkau semua dan menyempurnakan karunianya kepadamu semua, supaya engkau semua bersyukur.” (al-Maidah: 6)
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya ummatku itu akan dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya wajahnya dan amat putih bersih tubuhnya dari sebab bekas- bekasnya berwudhu’. Maka dari itu, barangsiapa yang dapat di antara engkau semua hendak memperpanjang yakni menambahkan bercahayanya, maka baiklah ia melakukannya dengan menyempurnakan berwudhu’ itu sesempurna mungkin.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: “Saya mendengar kekasihku Rasulullah s.a.w. bersabda:”Perhiasan-perhiasan di syurga itu sampai dari tubuh seseorang mu’min, sesuai dengan anggota yang dicapai oleh wudhu'”yakni sampai di mana air itu menyentuh tubuhnya, sampai di situ pula perhiasan yang akan diperolehnya di syurga. (Riwayat Muslim)
Dari Usman bin Affan r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu’ lalu memperbaguskan wudhu’nya yakni menyempurnakan sesempurna mungkin, maka keluar lah kesalahan-kesalahannya sehingga keluarnya itu sampai dari bawah kuku-kukunya.” (Riwayat Muslim)
Dari Usman bin Affan r.a. pula, katanya: “Saya melihat Rasulullah s.a.w. berwudhu’ seperti wudhu’ku ini, kemudian beliau s.a.w. bersabda:
“Barangsiapa yang berwudhu’ sedemikian, maka diampunkanlah untuknya dosa-dosa yang telah lalu dan shalatnya serta jalannya ke masjid adalah sunnah hukumnya.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Apabila seseorang hamba yang Muslim atau mu’min itu berwudhu’, lalu ia membasuh mukanya, maka keluarlah dari mukanya itu semua kesalahan yang disebabkan ia melihat padanya dengan kedua matanya dan keluarnya ialah beserta air atau beserta tetesan air yang terakhir. Jikalau ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dari kedua tangannya itu semua kesalahan yang dilakukan oleh kedua tangannya beserta air atau beserta tetesan air yang terakhir. Selanjutnya apabila ia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah semua kesalahan yang dijalankan oleh kedua kakinya beserta air atau beserta tetesan air yang terakhir, sehingga akhirnya keluarlah ia dalam keadaan suci dari semua dosa.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. mendatangi suatu kuburan lalu mengucapkan: “Assalamu ‘alaikum, hai perumahan kaum mu’minin dan kita semua Insya Allah akan menyusul engkau semua. Saya ingin kalau kita semua sudah dapat melihat saudara-saudara kita.” Para sahabat berkata: “Bukankah kita ini saudara saudara Tuan, ya Rasulullah?” Beliau s.a.w. menjawab: “Engkau semua adalah sahabat-sahabatku, sedang saudara-saudara kita itu masih belum datang lagi.” Para sahabat berkata pula: “Bagaimanakah Tuan dapat mengetahui orang yang masih belum datang dari golongan ummat Tuan, ya Rasulullah?” Beliau s.a.w. bersabda: “Bagaimanakah pendapatmu, sekiranya ada seorang lelaki mempunyai seekor kuda yang putih bersih kepalanya, putih pula kaki-kakinya berada di samping kuda yang hitam polos, tidakkah pemilik itu dapat mengetahui kudanya sendiri?” Para sahabat menjawab: “Ya, tentu dapat, ya Rasulullah.” Beliau s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya ummatku yang akan datang itu ialah dalam keadaan bercahaya wajahnya serta putih bersih tubuhnya dari sebab berwudhu’ dan saya adalah yang terlebih dulu dari mereka itu untuk datang ke telaga – haudh,” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sukakah engkau semua kalau saya tunjukkan akan sesuatu amalan yang dapat melebur semua kesalahan dan dengan-nya dapat pula menaikkan beberapa derajat?” Para sahabat menjawab: “Baiklah, ya Rasulullah.” Beliau s.a.w. lalu bersabda: “Yaitu menyempurnakan wudhu’ sekalipun menemui beberapa hal yang tidak disenangi seperti terlampau dingin dan sebagainya, banyaknya melangkahkan kaki untuk ke masjid dan menantikan shalat sesudah melakukan shalat. Itulah yang disebut ribath. Itulah yang disebut ribath perjuangan menahan nafsu untuk memperbanyak ketaatan pada Tuhan.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Malik al-Asy’ari r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bersuci itu adalah separuh keimanan.”
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan sudah lalu kelengkapannya yang panjang dalam bab Sabar lihat Hadis no. 25.
Dalam bab ini termasuk pula Hadisnya ‘Amr bin ‘Abasah r.a. yang juga sudah diuraikan di muka dalam akhir bab Pengharapan. Hadis itu adalah suatu Hadis yang agung sekali yang memuat berbagai macam kebaikan.
Dari Umar bin al-Khaththab r.a. dari Nabi s.a.w.,sabdanya: “Tiada seorangpun dari engkau semua yang berwudhu’ lalu ia menyampaikan yakni menyempurnakan wudhu’nya, kemudian mengucapkan: Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarika lah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh, melainkan dibukakanlah untuknya pintu syurga yang delapan buah banyaknya. la diperbolehkan masuk dari pintu manapun juga yang dikehendaki olehnya.” (Riwayat Muslim)
Imam Termidzi menambahkan ucapan di atas dengan: Alla-hummaj’alni minat tawwabina waj’alni minal mutatthahhirin, artinya: Ya Allah, jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang bersuci.