Ketika Lautan Membara

Di awal abad ke-19, berbagai barang tambang nyaris habis cadangannya di daratan akibat komsumerisme yang merajalela. Untuk itu, para peneliti berinisiatif mencari cadangan lain di dasar laut. Namun, usaha mereka dikejutkan oleh rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain) yang membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah samudera bumi.

Dengan mengkaji rangkaian tersebut, tampak jelas bahwa gunung-gunung itu terdiri dari bebatuan berapi yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi di daratan. Ketika meledak gunung-gunung itu melalui sebuah jaring retak yang sangat besar dan dapat merobek lapisan bebatuan bumi serta melingkupi bola bumi dari segala penjuru.

Jaring retak ini memiliki lebar yang dapat mencapai lebih dari 64.000 km dan kedalaman 65 km. kedalamannya menembus lapisan bebatuan bumi secara penuh hingga menyentuh lapisan lunak bumi yang memiliki unsure bebatuan yang sangat elastis, semi cair, dan memiliki tingkat kepadatan dan kerekatan yang tinggi.

Bebatuan lunak ini didorong oleh arus muatan yang panas ke dasar samudera melebihi 1.000 derajat celcius. Batuan-batuan elastis dengan berat mencapai jutaan ton ini mendorong kedua sisi samudera di dasar laut sehingga mengakibatkan perluasan yang cukup signifikan. Akibatnya, wilayah yang dihasilkan oleh perluasan tersebut dipenuhi oleh magma bebatuan yang mampu merubah temperatur dasar laut.

Meskipun demikian, para ilmuan cukup tercengang dengan fenomena bawah laut tersebut. Samudera yang begitu luas, tidak mampu memadamkan api magma yang membara. Demikian juga bara api itu, tak mampu memanaskan air laut. Fenomena ini terjadi di hampir seluruh samudera, termasuk samudera Antartika Utara dan Selatan.

Peneliti dari British Antarctic Survey (BAS) menemukan gunung berapi yang sebelumnya belum pernah diketahui keberadaannya. Gunung berapi itu berada di perairan sekitar South Sandwicth Islands, pulau di selatan samudera atlantik. Dari 12 gunung berapi yang ditemukan, beberapa diantaranya memiliki ketinggian 3 km dan 7 gunung dinyatakan masih aktif. Mereka juga menemukan kawah berdiameter 5 km yang diakibatkan oleh letusan gunung.

Laut Merah pun menjadi basis lava panas. Beberapa peneliti menggunakan pengeruk barang tambang di dasar laut untuk mengambil beberapa sampel tanah. Setelah sampai dipermukaan, pengeruk itu mengeluarkan tanah bercampur uap air super panas. Sekitar 3000 derajat celcius. Ilmuan pun menyatakan bahwa ledakan volkanik bawah laut ternyata lebih besar dari ledakan di daratan.

Di Indonesia, kawah gunung berapi terdapat di perairan Sangihe Talaud, Sulawesi Utara. Suhunya mencapai 400 derajat celcius dan memiliki ketinggian hingga 3 km. Selain itu, di palung Sunda pun ditemukan gunung berapi dengan ketinggian 4,6 km.

Tahun 2009 lalu, sebuah gunung berapi bawah laut di Samudera Pasifik Selatan meletus. Letusan gunung yang masuk wilayah Kerajaan Tonga, dekat Hawaii itu, menimbulkan gumpalan awan dan hujan abu setinggi ribuan meter di atas permukaan air laut. Para ahli geologi mengungkap, letusan itu berasal dari gugusan 36 gunung berapi yang masih aktif. Pegunungan ini merupakan bagian dari gugusan gunung berapi ”Ring of Fire” atau cincin api yang mengelilingi bumi.

Menurut Phil Leat, peneliti dari British Antarctic Survey, menyatakan bahwa aktivitas volkanik di bawah permukaan laut sulit untuk diidentifikasi. Gunung berapi itu dapat meletus dan runtuh kapan saja. Saat itulah, lautan membara. Apa jadinya?

“ dan laut yang di dalamnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat menolaknya.” (QS. Ath-Thur:6-8).

Ahmad Ghozali.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *