“… Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit…” (Al-An’aam: 125)
Dalam ayat ini, Allah SWT memberi perumpamaan bahwa seseorang yang dikehendaki kesesatannya oleh Allah, Dia akan menjadikan dadanya sesak lagi sempit seperti sedang mendaki ke langit. Mengapa Allah SWT memberi perumpamaan seperti itu? Dan apakah benar orang yang mendaki ke langit dadanya menjadi sesak dan sempit?
Isyarat di dalam ayat ini cukup jelas, bahwa manusia dituntut untuk melakukan eksperimen atau penelitian tentang system pernafasan pada manusia. Apakah terdapat perbedaan antara bernafas di bumi dan beberapa tingkat di atasnya hingga sampai ke langit?
Udara adalah faktor pendukung utama kehidupan di Bumi. Dan penyusun udara yang paling penting adalah oksigen. Gas inilah yang selalu kita hirup dan mengalir dalam tubuh ini. Namun, komposisi oksigen hanya 20,9% dari total gas penyusun udara. Yang terbesar adalah gas nitrogen yakni 77%, dan 1,1% sisanya terdiri dari zat penyusun lain.
Semua kelompok molekul struktural yang terdapat pada organisme hidup, seperti protein, karbohidrat, dan lemak, mengandung oksigen. Demikian pula senyawa anorganik yang terdapat pada cangkang, gigi, dan tulang hewan. Oksigen dalam bentuk O2 dihasilkan dari air oleh sianobakteri, ganggang, dan tumbuhan selama fotosintesis, dan digunakan pada respirasi sel oleh hampir semua makhluk hidup.
Pada temperatir dan tekanan standart , oksigen berupa gas tak berwarna dan tak berasa, di mana dua atom oksigen secara kimiawi berikatan dengan konfigurasi elektron triplet spin. Ikatan ini memiliki kode ikatan dua dan sering dijelaskan secara sederhana sebagai ikatan ganda ataupun sebagai kombinasi satu ikatan dua elektron dengan dua ikatan tiga elektron.
Menurut massanya, oksigen merupakan unsur kimia paling melimpah di biosfer, udara, laut, dan tanah bumi. Oksigen merupakan unsur kimia paling melimpah ketiga di alam semesta, setelah hidrogen dan helium. Sekitar 0,9% massa Matahari adalah oksigen. Oksigen mengisi sekitar 49,2% massa Kerak Bumi dan merupakan komponen utama dalam samudera (88,8% berdasarkan massa). Gas oksigen merupakan komponen paling umum kedua dalam Atmosfer Bumi, menduduki 21,0% volume dan 23,1% massa (sekitar 1015 ton) atmosfer.
Bumi memiliki ketidaklaziman pada atmosfernya dibandingkan planet-planet lainnya dalam sistem tata surya karena ia memiliki konsentrasi gas oksigen yang tinggi di atmosfernya. Bandingkan dengan Mars yang hanya memiliki 0,1% O2 berdasarkan volume dan Venus yang bahkan memiliki kadar konsentrasi yang lebih rendah. Namun, O2 yang berada di planet-planet selain bumi hanya dihasilkan dari radiasi ultraviolet yang menimpa molekul-molekul beratom oksigen, misalnya Karbon Dioksida.
Konsentrasi gas oksigen di Bumi yang tidak lazim ini merupakan akibat dari Siklus Oksigen . Siklus Biogeokimia ini menjelaskan pergerakan oksigen di dalam dan di antara tiga reservoir utama bumi: atmosfer, Biosfer , dan Litosfer . Faktor utama yang mendorong siklus oksigen ini adalah Fotosintesis . Fotosintesis melepaskan oksigen ke atmosfer, manakala Respirasi dan proses Pembusukan menghilangkannya dari atmosfer. Dalam keadaan Kesetimbangan, laju produksi dan konsumsi oksigen adalah sekitar 1/2000 keseluruhan oksigen yang ada di atmosfer setiap tahunnya.
Perlu diketahui bahwa jumlah partikel oksigen akan mengalami perubahan berdasarkan ketinggian di atas permukaan laut. Para ilmuwan membagi tingkat ketinggian berdasarkan skala “Tinggi” (2438 – 3658 meter), “Sangat Tinggi” (3658 – 5487 meter), dan “Ekstrim Tinggi” (lebih dari 5500 meter). Kadar oksigen di atas permukaan laut yang sebanyak 21% dengan rerata tekanan barometik 760mmHg. Jika ketinggian bertambah, kadar oksigen tetap sama namun jumlah partikelnya akan mengalami pengurangan yang signifikan akibat turunnya tekanan barometik itu.
Jika manusia naik ke atas menuju langit maka tubuh akan melakukan adaptasi dengan kondisi tersebut, yakni meningkatnya frekuensi pernafasan dan denyut jantung, meningkatnya jumlah sel darah merah dalam tubuh, dll. Namun jika tubuh tidak dapat melakukan adaptasi tersebut, maka pembuluh darah akan mengalami kebocoran dan menyebabkan penumpukan cairan pada otak, paru dan jantung. Sehingga dada terasa sesak, sempit, dan terhimpit seiring ketinggian.