Allah Ta’ala berfirman: “Dan perangilah kaum musyrikin itu seluruhnya sebagaimana mereka memerangi engkau semua seluruhnya pula dan ketahuilah bahwasanya Allah itu beserta orang-orang yang bertaqwa.” (at-Taubah: 36)
Allah Ta’ala juga berfirman:
“Diwajibkan padamu sekalian berperang, sedang perang itu suatu hal yang dibenci olehmu semua dan barangkali engkau semua membenci sesuatu, padahal ia adalah lebih baik untukmu semua, juga barangkali engkau semua senang pada sesuatu, padahal ia adalah lebih buruk untukmu semua. Allah adalah Maha Mengetahui, sedangkan engkau semua tidak mengetahui.” (al-Baqarah: 216)
Allah Ta’ala berfirman pula: “Berangkatlah engkau semua, dengan rasa ringan atau berat dan berjihadlah dengan harta-harta dan dirimu semua fisabilillah.” (at-Taubah: 41)
Allah Ta’ala berfirman lagi:
“Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan harta orang-orang yang beriman dengan memberikan syurga untuk mereka, mereka berperang fi-sabilillah, sebab itu mereka dapat membunuh dan dibunuh, menurutjanji yang sebenarnya dari Allah yang disebutkan dalam Taurat, Injil dan al-Quran. Siapakah yang lebih dapat me-menuhi janjinya daripada Allah? Oleh sebab itu, bergembiralah engkau semua dengan perjanjian yang telah engkau semua perbuat dan yang sedemikian itu adalah suatu keuntungan yang besar.” (at-Taubah: 111)
Allah Ta’ala berfirman pula:
“Tidaklah sama antara orang-orang yang duduk-duduk di rumah yakni tidak mengikuti peperangan dari golongan kaum mu’minin yang bukan karena keuzuran, dengan orang-orang yang berjihad fi-sabilillah dengan barta-harta dan dirinya. Allah melebihkan tingkatan orang-orang yang berjihad dengan harta-harta dan dirinya itu daripada orang-orang yang duduk-duduk tadi Kepada masing-masing dari kedua golongan itu, Allah telah menjanjikan kebaikan dan Allah lebih mengutamakan orang-orang yang berjihad daripada orang-orang yang duduk-duduk dengan pahala yang besar, Yaitu berupa derajat-derajat yang tinggi, juga pengampunan dan kerahmatan daripadaNya dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Penyayang.” (an- Nisa’: 95-96)
Allah Ta’ala juga berfirman: “Hai sekalian orang-orang yang beriman. Sukakah kalau saya tunjukkan kepadamu semua akan sesuatu perdagangan yang dapat menyelamatkan engkau semua dari siksa yang menyakitkan?
Yaitu supaya engkau semua beriman kepada Allah dan RasulNya dan pula berjihad fi-sabilillah dengan harta-harta dan dirimu semua. Yang sedemikian itu adalah lebih baik untukmu semua, jikalau engkau semua mengetahui.
Allah juga akan mengampunkan dosa-dosamu semua serta memasukkan engkau semua dalam syurga-syurga yang mengalirlah sungai-sungai di bawahnya, demikian pula beberapa tempat tinggal yang indah di syurga ‘Adn kesenangan yang kekal dan yang sedemikian itu adalah suatu keuntungan yang besar.
Ada pula pemberian-pemberian yang Iain-Iain yang engkau semua mencintainya, yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (as-Shaf: 10-13)
Ayat-ayat dalam bab ini amat banyak sekali dan masyhur-masyhur.
Adapun Hadis-hadis yang menguraikan keutamaan jihad ini lebih banyak untuk dapat diringkaskan; di antara Hadis-hadis itu ialah:
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. di-tanya: “Amalan apakah yang lebih Utama?” Beliau s.a.w. menjawab: “Beriman kepada Allah dan RasulNya.” Beliau s.a.w. ditanya lagi: “Kemudian amalan apakah?” Beliau menjawab: “Yaitu jihad fisabilillah.” Beliau s.a.w. ditanya lagi: “Kemudian amalan apakah?” Beliau menjawab: “Yaitu haji yang mabrur” lihat Hadis no. 1270 perihal arti mabrur. (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Mas’ud r.a., katanya: “Saya berkata: “Ya Rasulullah, amalan manakah yang lebih dicintai oleh Allah Ta’ala?” Beliau s.a.w. menjawab: “Shalat tepat pada waktunya.” Saya bertanya lagi: “Kemudian amalan apakah?” Beliau menjawab: “Yaitu berbakti kepada kedua orangtua.” Saya bertanya lagi: “Kemudian amalan apakah?” Beliau menjawab: “Yaitu jihad fi-sabilillah.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Zar r.a., katanya: “Saya berkata: “Ya Rasulullah, amalan apakah yang lebih utama?” Beliau s.a.w. menjawab: “Yaitu beriman kepada Allah dan berjihad fisabilillah.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Anas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Niscayalah sekali berangkat untuk berperang fisabilillah, di waktu pagi ataupun sore itu adalah lebih baik nilainya daripada dunia dan segala apa yang ada di dalamnya ini yakni dari harta benda di dunia dan seisinya ini.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: “Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w., lalu berkata: “Manusia manakah yang lebih utama?” Beliau s.a.w. menjawab: “Yaitu orang mu’min yang berjihad fisabilillah dengan diri dan hartanya.” la bertanya lagi: “Kemudian siapakah?” Beliau s.a.w. menjawab: “Yaitu orang mu’min yang memencilkan dirinya dalam suatu jalanan di gunung maksudnya suatu tempat di antara dua gunung yang dapat digunakan sebagai kediaman dari beberapa tempat di gunung, untuk menyembah kepada Allah dan meninggalkan para manusia dari kejelekannya diri sendiri,” jadi mengasingkan diri dari orang banyak sehingga tidak akan sampailah kejelekannya diri sendiri itu kepada orang-orang banyak tadi.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Sahl bin Sa’ad r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Bertahan yakni tetap berdiam di dalam posnya bagi tentara selama sehari fisabilillah adalah lebih baik daripada dunia dan segala sesuatu yang ada di atasnya. Tempat cemeti seseorang di antara engkau semua dari syurga itu lebih baik daripada dunia dan segala sesuatu yang ada di atasnya. Juga sekali berangkat yang dilakukan oleh seseorang hamba untuk berperang fisabilillah, baik di waktu pagi ataupun sore, adalah lebih baik daripada dunia dan segala sesuatu yang ada di atasnya.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Salman r.a., katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bertahan yakni tetap berdiam dalam posnya bagi tentara -selama sehari semalam fi sabilillah adalah lebih baik daripada berpuasa sebulan serta beramal ibadat di situ, jikalau ia meninggal dunia, maka diberi pahalalah amalnya yang sudah ia kerjakan, juga “diberikan pula rezekinya yakni dalam syurga sebagaimana orang yang mati syahid dan aman dari hal-hal yang menyebabkan fitnah dalam ” (Riwayat Muslim)
Dari Fadhalah bin ‘Ubaid r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Setiap mayit itu dihabiskan atas amalnya sebagai yang sudah ada saja, melainkan orang yang bertahan dalam peperangan fisabilillah, karena sesungguhnya orang ini, amalannya itu tetap berkembang sampai hari kiamat dan ia diamankan dari fitnah kubur.”
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Dari Usman r.a., katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bertahan tetap berdiam di posnya bagi tentara selama sehari fi sabilillah adalah lebih baik daripada seribu hari yang selainnya itu dari beberapa tempat yang ada.”
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Dari Abu Hurairah r.a., pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Allah memberikan jaminan kepada orang yang keluar untuk berjihad fi sabilillah, sedang tidak ada yang menyebabkan ia keluar itu kecuali untuk berjihad dalam agamaKu agama Allah, beriman kepadaKu, mempercayai Rasul-rasuIKu, maka Allah menjamin orang tersebut bahwa Aku Allah akan memasukkannya dalam syurga, atau akan Aku kembalikan orang itu ke rumahnya yang ia keluar daripadanya itu dengan memperoleh pahala atau ghanimah harta rampasan.
Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman kekuasaanNya, tiada suatu lukapun yang dikenakan lukanya itu ketika berjihad fi-sabililiah, melainkan akan datanglah pada hari kiamat sebagaimana keadaannya di waktu dilukainya dulu, warna-nya adalah seperti warna darah, sedangkan baunya adalah seperti bau minyak kasturi.
Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman kekuasaanNya, andaikata tidak menyebabkan rasa berat bagi kaum Muslimin, niscayalah saya tidak akan duduk di belakang sesuatu pasukan yang berangkat berperang fi-sabilillah untuk selama-lama-hya- yakni beliau s.a.w. akan terus mengikuti peperangan dan tidak suka ditinggalkan, andaikata hal itu tidak menjadikan rasa berat bagi ummat Islam, tetapi saya tidak memperoleh kelonggaran, lalu saya dapat membawa – yakni memimpin – mereka dan merekapun tidak memperoleh kesempatan dan dirasakan berat atas mereka kalau mereka tertinggal daripadaku.
Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman kekuasaanNya, niscayalah saya senang sekali kalau saya berperang fi-sabilillah, lalu saya dibunuh, kemudian saya berperang lagi terus dibunuh lagi, selanjutnya berperang lagi terus dibunuh lagi.”
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Bukhari meriwayatkan sebagian daripadanya.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Tiada seorangpun yang terluka, yaitu yang dilukai ketika melakukan peperangan fi sabilillah, melainkan ia akan datang pada hari kiamat, sedang lukanya itu masih berdarah. Warnanya adalah warna darah dan baunya adalah bau minyak kasturi.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Mu’az r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Barangsiapa yang berperang fi sabilillah, yaitu dari golongan orang Islam, sepanjang jarak waktu antara dua perahan susu unta -yakni sekalipun waktunya hanya sebentar sekali, maka wajiblah baginya itu syurga. Juga barangsiapa yang dilukai dengan sesuatu luka ketika mengadakan peperangan fi- sabilillah ataupun terkena kesusahan dengan satu macam kesusahan, maka sesungguhnya apa yang dialaminya itu akan datang sederas apa yang pernah terjadi. Warnanya adalah seperti minyak za’faran sedang baunya adalah seperti bau minyak kasturi.”
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Ada seorang lelaki dari sahabat-sahabatnya Rasulullah s.a.w. berjalan melalui suatu tempat di pegunungan yang di situ terdapatlah sebuah mata air kecil dari air tawar, lalu merasa heran dengan itu yakni ia ingin sekali menempatinya. la berkata: “Andaikata saya memencilkan diri di sini dari orang banyak, kemudian saya berdiam di sini – tentulah lebih senang. Tetapi samasekali saya tidak akan melakukan kehendakku ini sehingga saya akan meminta izin dulu kepada Rasulullah s.a.w. Hal itu disebutkan kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau s.a.w. bersabda: “Janganlah engkau lakukan itu, sebab sesungguhnya berdirinya salah seorang di antara engkau semua untuk melakukan perang fi-sabilillah itu adalah lebih utama daripada shalatnya dalam rumahnya sendiri selama tujuhpuluh hari. Tidakkah engkau semua ingin kalau Allah memberikan pengampunan padamu semua serta memasukkan engkau semua daiam syurga? Untuk memperoleh itu, berperanglah engkau semua fi-sabilillah. Barangsiapa yang berperang fi sabilillah daiam jarak waktu antara dua kali perahan susu unta yakni sekalipun dalam waktu yang amat sebentar, wajiblah baginya itu syurga.”
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Alfuwaq ialah jarak waktu antara dua kali perahan susu.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Ditanyakan kepada Rasulullah s.a.w.: “Ya Rasulullah, apakah amalan yang menyamai jihad fi-sabilillah?” Beliau s.a.w. menjawab: “Tidak akan kuat engkau semua melakukannya.” Mereka yakni para sahabat mengulangi pertanyaannya tadi sampai dua atau tiga kali. Semuanya itu oleh beliau s.a.w. hanya dijawab: “Engkau semua tidak akan kuat melakukannya.” Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda:
“Perumpamaan orang yang berjihad fi-sabilillah itu ialah seperti orang yang berpuasa, yang bersungguh-sungguh ibadatnya, yang taat dalam melaksanakan ayat-ayat Allah, tidak lalai sedikitpun dari shalat dan puasanya, sehingga orang yang berjihad itu kembali.” (Muttafaq ‘alaih)
Dan ini adalah lafaznya Imam Muslim. Dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan:
Ada seorang lelaki berkata: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepada saya akan sesuatu amalan yang pahalanya menyamai jihad!” Beliau s.a.w. bersabda: “Saya tidak menemukannya.” Kemudian beliau s.a.w. bersabda: “Adakah engkau kuat kalau sekiranya orang yang berjihad itu keluar lalu engkau masuk dalam masjidmu, kemudian engkau terus mendirikan ibadat dan tidak lalai sedikitpun, juga dengan berpuasa dan tidak pernah berbuka?” Orang itu lalu berkata: “Siapakah yang kuat melakukan seperti itu.”
Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Rasulullah s.a.w., sabda-nya:
“Setengah daripada sebaik-baik keadaan kehidupan para manusia ialah seseorang yang memegang kendali kudanya untuk melakukan peperangan fi-sabilillah, ia terbang di atas punggungnya. Setiap kali ia mendengar suara gemuruh atau suara dahsyatdi medan peperangan itu, ia segera terbang ke sana untuk mencari supaya terbunuh atau kematian yang disangkanya bahwa di tempat suara gemuruh itulah tempatnya. Atau seseorang yang memelihara kambing di puncak gunung dari beberapa puncak gunung yang ada, ataupun di suatu lembah dari beberapa lembah ini. la mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta menyembah Tuhannya sehingga ia didatangi oleh keyakinan – yakni kematian. Tidak ada dari para manusia itu kecuali dalam kebaikan.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w, bersabda: “Sesungguhnya dalam syurga itu ada seratus derajat yang disediakan oleh Allah bagi orang-orang yang berjihad fi-sabilillah, Jarak antara kedua derajat itu adalah sebagaimana jarak antara langit dan bumi.” (Riwayat Bukhari)
Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Barangsiapa yang ridha dengan Allah sebagai Tuhan dan dengan Muhammad sebagai Rasul, maka wajiblah baginya itu syurga.”
Abu Said merasa terpesona dengan sabda beliau s.a.w. ini, lalu berkata: “Ulangilah lagi sabda itu, ya Rasulullah.” Beliau s.a.w. mengulangi sabdanya itu kembali, kemudian melanjutkan sabdanya:
“Dan ada yang selainnya itu, Allah mengangkat dengannya pada seseorang hamba seratus derajat dalam syurga, jarak antara kedua derajat itu adalah sebagaimana jarak antara langit dan bumi.” Abu Said bertanya: “Amalan apakah itu, ya Rasulullah?” Beliau s.a.w. menjawab: “Yaitu berjihad fi-sabilillah, sekali lagi berjihad fi-sabilillah.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Bakar bin Abu Musa al-Asy’ari r.a., katanya: “Saya mendengar ayah saya r.a., di waktu ia sedang berada di hadapan musuh, ia berkata: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya pintu-pintu syurga itu ada di bawah naungan pedang-pedang.”
Lalu ada seorang lelaki yang kurang teratur keadaan pakaiannya, lalu berkata: “Hai Abu Musa, adakah anda mendengar sendiri Rasulullah s.a.w. bersabda sedemikian itu?” la menjawab: “Ya.” Orang itu ialu kembali ke tempat kawan-kawannya lalu berkata: “Saya mengucapkan salam sejahtera kepadamu semua.” Kemudian ia mematahkan rangka pedangnya lalu melemparkannya, selanjut-nya berjalanlah ia dengan membawa pedangnya ke tempat musuh, terus memukul dengan pedangnya tadi sehingga ia terbunuh.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu ‘Abs yaitu Abdur Rahman bin Jabr r.a., katanya: ‘Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidaklah kedua kaki seseorang hamba itu berdebu karena melakukan peperangan fi-sabilillah, lalu akan disentuh oleh api neraka.” (Riwayat Bukhari)
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena ketakutannya kepada Allah, sehingga air susu kembali dalam tetek. Tidak pula akan berkumpul pada seseorang hamba debu karena melakukan peperangan fi-sabiliilah dan asap neraka Jahanam.” Diriwayatkan oleh imamTermidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Ada dua macam mata yang tidak akan disentuh oleh neraka, yaitu mata yang menangis karena ketakutan kepada Allah dan mata yang pada malam hari menjaga musuh datang dalam melakukan peperangan fi-sabilillah.”
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Dari Zaid bin Khalid r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Barangsiapa yang memberikan persiapan seperti kendaraan, bekal, senjata dan Iain-Iain kepada seseorang yang melakukan peperangan fi-sabilillah, maka orang itu dianggap ikut berperang. ]uga barangsiapa yang berlaku sebagai pengganti kepada seseorang yang berperang fi sabilillah dalam keluarganya seperti membantu kehidupan keluarga yang ditinggalkan itu dengan memberikan kebaikan nafkah dan segala macam kebutuhan keluarga itu, maka orang yang sedemikian juga dianggap ikut berperang.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Umamah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. berabda: “Seutama-utama sedekah ialah memberikan naungan kemah untuk peperangan fi-sabilillah, juga memberikan pelayan kepada orang yang berperang fi-sabilillah untuk menjadi pelayannya dan pula memberikan unta yang cukup dewasa untuk dikumpuli oleh unta lelaki, guna kepentingan peperangan fi-sabilillah.” Diriwayatkan oleh ImamTermidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Dari Anas r.a. bahwasanya ada seorang pemuda dari suku Aslam berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya menghendaki untuk mengikuti peperangan, tetapi saya tidak mempunyai bekal yang dapat saya sediakan bersamaku.” Beliau s.a.w. lalu bersabda: “Datanglah pada si Fulan, karena sesungguhnya ia sudah bersiap-siap kemudian ia sakit.”
Pemuda itu mendatangi orang yang sakit, lalu berkata: “Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. menyampaikan salam pada anda dan beliau s.a.w. bersabda supaya anda memberikan pada saya persiapan yang sudah anda sediakan untuk mengikuti peperangan.” Orang itu lalu berkata kepada pelayan wanitanya: “Hai Fulanah, berikanlah pada pemuda ini apa-apa yang sudah saya siapkan dan jangan engkau tahan sedikitpun daripadanya-yakni berikan sajalah semuanya. Demi Allah, tidak ada sesuatupun yang engkau tahan, lalu akan diberi keberkahan oleh Allah dalam benda itu.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan pasukan ke tempat Banu Lahyan, lalu bersabda: “Hendaklah dari setiap dua orang itu, salah seorang saja yang ikut dalam pasukan yang dikirimkan, sedang pahala adalah antara keduanya.” Ini jikalau yang tidak ikut itu memberikan kelengkapan seperlunya kepada yang hendak ikut berangkat. (Riwayat Muslim)
Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan: “Hendaklah dari setiap dua orang, seorang saja yang keluar.” Kemudian beliau s.a.w. bersabda kepada orang yang duduk-yakni tertinggal: “Mana saja orang di antara engkau semua yang berlaku sebagai pengganti dari orang yang ikut keluar berperang fi-sabilillah baik dalam urusan keluarga dan hartanya dengan baik-baik, maka bagi orang yang tidak mengikutinya tadi adalah pahala sebanyak separuh dari pahala orang yang ikut keluar berperang.” Maksudnya ikut mengurusi keluarga orang yang berperang dengan memberikan nafkah dan apa saja yang menjadi kebutuhan keluarga itu.
Dari al-Bara’ r.a., katanya: “Ada seorang lelaki dengan berselubung besi di kepalanya dan bersenjata datang kepada Nabi s.a.w., lalu berkata: “Ya Rasulullah, saya berperang atau masuk Islam dulu?” Beliau s.a.w. bersabda:”Masuklah dalam Agama Islam dulu kemudian berperanglah!” Orang itu lalu masuk Islam kemudian berperang lalu terbunuh. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: Orang itu beramal hanya sedikit, dan diberi pahala banyak.” (Muttafaq ‘alaih) Dan ini adalah lafaznya Imam Bukhari.
Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Tiada seorangpun yang masuk syurga lalu ingin kembali ke dunia lagi, sedangkan ia tidak mempunyai sesuatu apapun di atas bumi itu, melainkan orang yang mati syahid. la mengharap-harapkan kiranya dapat kembali ke dunia lalu dibunuh sampai sepuluh kali karena ia mengetahui kemuliaan mati syahid itu.”
Dalam riwayat lain disebutkan: “Karena ia mengetahui keutamaan mati syahid itu.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah memberikan pengampunan kepada orang yang mati syahid, yaitu segala sesuatu yang menjadi dosanya, melainkan hutan g.” (Riwayat Muslim)
Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan: “Mati dalam peperangan fi- sabilillah itu dapat menutupi segala macam dosa, melainkan hutang.”
Dari Abu Qatadah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. berdiri di hadapan orang banyak lalu menyebut-nyebutkan bahwasanya jihad fi-sabilillah dan keimanan kepada Allah itu adalah seutama-utama amal perbuatan. Kemudian ada seorang lelaki berkata: “Ya Rasulullah, bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau saya terbunuh dalam melakukan peperangan fi-sabilillah, apakah kesalahan-kesalahan saya dapat tertutup?” Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: “Ya, jikalau engkau dibunuh dalam peperangan fi-sabilillah dan engkau dalam keadaan sabar, mengharapkan keridhaan
Allah, menghadap – yakni maju – dan tidak membelakang -yakni tidak mundur.” Selanjutnya Rasulullah s.a.w. bersabda lagi: “Bagaimana sekarang ucapanmu?” Orang itu berkata: “Bagaimanakah pendapat Tuan jikalau saya dibunuh dalam peperangan fisabilillah, apakah kesalahan-kesalahan saya dapat tertutup?” Rasulullah s.a.w. bersabda: “Ya dapat, asalkan engkau mati dalam keadaan sabar, mengharapkan keridhaan Allah, sedang maju dan tidak mundur. Kecuali kalau engkau mempunyai hutang, sebab sesungguhnya Jibril a.s. mengatakan sedemikian itu padaku.” (Riwayat Muslim)
Dari Jabir r.a., katanya: “Ada seorang lelaki berkata: “Di manakah tempatku, ya Rasulullah, jikalau saya terbunuh – dalam melakukan peperangan fi- sabilillah?” Beliau s.a.w. menjawab: “Dalam syurga.” Orang itu lalu melemparkan beberapa buah kurma yang ada di tangannya kemudian berperang sehingga ia terbunuh.” (Riwayat-Muslim)
Dari Anas r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. dan para ;Sahabatnya berangkat sehingga mereka dapat mendahului kaum musyrikin ke suatu tempat bernama Badar, lalu kaum musyrikinpun datanglah. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: “Janganlah ada seorangpun yang mendahului bertindak di antara engkau semua ini kepada sesuatu tindakan, sehingga saya adalah yang terdekat daripadanya yakni harus mendapatkan persetujuan dulu. Kaum musyrikin Lalu mendekat. Selanjutnya Rasulullah bersabda pula: “Ayolah berdiri semua untuk menuju ke syurga yang luasnya adalah selebar semua langit dan bumi.” Anas berkata; “Umair bin al-Humam al-Anshari r.a, berkata: “Ya Rasulullah, syurga itu luasnya adalah selebar semua langit dan bumi?” Beliau s.a.w. menjawab: “Ya.” la berkata: “Aduh, aduh.”* Rasulullah s.a.w. lalu bertanya: “Apa yang menyebabkan engkau mengucapkan: “Aduh, aduh.” la menjawab: “Tidak, demi Allah ya Rasulullah, hanya saja saya mengharapkan semoga saya dapat menjadi ahli syurga itu.” Beliau s.a.w. bersabda: “Engkau termasuk ahli syurga itu.”‘Umair lalu mengeluarkan beberapa buah kurma dari dalam tempatnya lalu makan sebagian daripadanya, kemudian berkata: “Niscayalah kalau saya masih hidup sehingga saya dapat makan habis kurma-kurmaku ini, maka itu adalah hidup yang panjang sekali.” ia pun lalu melemparkan kurma yang dibawanya itu lalu maju untuk memerangi kaum musyrikin tadi sehingga ia sendiri terbunuh.” (Riwayat Muslim)
Alqaranu dengan fathahnya qaf dan ra’, artinya ialah tempat meletakkan anak-anak panah.
* “Bakhin, bakhin” yang di atas itu diterjemahkan “Aduh, aduh”, maksudnya untuk menyatakan keheranan kepada sesuatu yang dianggap baik sekali, bukan karena sakit atau menyatakan keluhan jiwa
Dari Anas r.a. pula, katanya: “Ada beberapa orang – dari Najab datang kepada Nabi s.a.w. dan mereka berkata: “Kirimkanlah kepada kita semua beberapa orang lelaki yang dapat mengajarkan al-Quran dan as-Sunnah kepada kita itu.” Nabi s.a.w. lalu mengirimkan kepada mereka sebanyak tujuhpuluh orang dari golongan kaum Anshar yang dinamakan al-Qurra’ yakni para ahli baca al-Quran. Di dalam kalangan mereka itu termasuk pulalah paman saya yakni saudara lelaki dari ibu Anas yang bernama Haram. Tujuhpuluh orang di atas itu semua dapat membaca al-Quran serta mentadarusnya membaca secara berganti-ganti – di Waktu malam juga mempelajarinya, sedang pada siang harinya mereka bekerja membawa air lalu mereka letakkan dalam masjid selain itu mereka juga mencari kayu bakar lalu menjualnya dandengan wang hasil penjualannya itu mereka membeli makanan untuk para ahlus shuffah – yakni kaum fakir miskin yang tidak berkeluarga yang bertempat di belakang masjid – dan pula untuk kaum fakir yang Iain-Iain.
Mereka semuanya tujuhpuluh orang tadi dikirimkan oleh Nabi s.a.w. Tiba-tiba mereka dihadang oleh kaum musyrikin yakni musuh kaum Muslimin, kemudian musuh-musuh itu membunuh mereka sebelum mereka sampai di tempat yang dituju. Mereka kaum Muslimin itu berkata: “Ya Allah, sampaikanlah berita kita ini kepada Nabi kita, yaitu bahwa kita semua telah menemui Engkau Allah, lalu kita merasa ridha denganMu dan Engkau ridha dengan amalan kita ini.”
Ada seorang lelaki musuh datang kepada Haram yaitu paman saudara lelaki dari ibu Anas dari arah belakangnya, lalu orang itu menusuknya dengan tombak sehingga ia dapat menewaskannya. Haram, berkata: “Saya berbahagia – karena dapat menemui mati syahid, demi Zat yang menguasai Ka’bah.”
Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: “Sesungguhnya saudara-saudaramu telah dibunuh dan sesungguhnya mereka berkata: “Ya Allah,sampaikanlah berita kita ini kepada Nabi kita.yaitu bahwa kita semua telah menemui Engkau – Allah, lalu kita semua merasa ridha denganMu dan Engkau ridha dengan amalan kita ini.” (Muttafaq ‘alaih) Dan ini adalah lafaznya Imam Muslim.
Dari Anas r.a. pula, katanya: “Pamanku yakni Anas bin an-Nadhr r.a. tidak mengikuti peperangan Badar, kemudian ia berkata: “Ya Rasulullah, saya tidak mengikuti pertama-tama peperangan yang Tuan lakukan untuk memerangi kaum musyrikin Jikalau Allah mempersaksikan saya yakni menakdirkan saya ikut menyaksikan dalam memerangi kaum musyrikin pada waktu yang akan datang, niscayalah Allah akan memperlihatkan apa yang akan saya perbuat. Ketika pada hari peperangan Uhud, kaum Muslimin menderita kekalahan, lalu Anas bin an-Nadhr itu berkata: “Ya Allah, saya mohon keuzuran pengampunan padaMu daripada apa yang dilakukan oleh mereka itu yang dimaksudkan ialah kawan-kawannya, karena meninggalkan tempat yang sudah ditentukan oleh Nabi s.a.w., juga saya berlepas diri maksudnya tidak ikut campur tangan padamu dari apa yang dilakukan oleh mereka yang dimaksudkan ialah kaum musyrikin yang memerangi kaum Muslimin.
Selanjutnya iapun majulah, lalu Sa’ad bin Mu’az menemuinya. Anas bin an-Nadhr berkata: “Hai Sa’ad bin Mu’az, marilah menuju syurga. Demi Tuhan yang menguasai an Nadhr ayahnya, sesung-guhnya saya dapat menemukan bau harum syurga itu dari tempat di dekatUhud.”
Sa’ad berkata: “Saya sendiri tidak sanggup melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh Anas itu, ya Rasulullah.”
Anas yang merawikan Hadis ini yakni Anas bin Malik, kemenakan Anas bin an-Nadhr berkata: “Maka kami dapat menemukan dalam tubuh Anas bin an Nadhr itu delapanpuluh buah lebih pukulan pedang ataupun tusukan tombak ataupun lemparan panah. Kita menemukannya telah terbunuh dan kaum musyrikin telah pula mencabik-cabiknya. Oleh sebab itu tidak seorangpun yang dapat mengenalnya lagi, melainkan saudara perempuannya saja, karena mengenal jari-jarinya.”
Anas perawi Hadis ini berkata: “Kita sekalian mengira atau menyangka bahwasanya ayat ini turun untuk menguraikan hal Anas Bin an-Nadhr itu atau orang-orang yang seperti dirinya, yaitu ayat yang artinya:
“Di antara kaum mu’minin itu ada beberapa orang yang menepati apa yang dijanjikan olehnya kepada Allah,” sampai seterusnya ayat tersebut. (Muttafaq ‘alaih)
Hadis di atas telah lalu uraiannya dalam bab Almujahadah yakni Bersungguh-sungguh.
Dari Samurah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Semalam saya melihat dalam impian dua orang lelaki yang mendatangi saya, lalu memanjat sebuah pohon denganku. Kedua memasukkan saya dalam sebuah rumah yang paling indah dan utama yang saya samasekali belum pernah melihat rumah yang lebih indah daripada rumah tadi. Keduanya berkata: “Adapun rumah ini adalah perumahan orang-orang yang mati syahid.”
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan ini adalah sebagian dari suatu Hadis yang panjang dan di dalamnya terkandunglah berbagai macam ilmu pengetahuan. Kelengkapan Hadis ini akan datang dalam bab: Keharaman berdusta, Insya Allah Ta’ala.
Dari Anas r.a. bahwasanya Ummur Rabi’ binti al-Bara’, yaitu ibunya Haritsah bin Suraqah, ia mendatangi Nabi s.a.w., lalu berkata: “Ya Rasulullah, tidakkah Tuan suka memberitahukan kepada saya tentang Haritsah yakni anaknya yang terbunuh pada hari peperangan Badar. Jikalau ia ada di dalam syurga, maka saya akan bersabar, tetapi jikalau ia ada di tempat yang selain itu, maka saya akan bersangat-sangat untuk menangisinya.” Nabi s.a.w. lalu bersabda: “Hai ibu Haritsah, sesungguhnya saja ada beberapa taman di dalam syurga itu dan sesungguhnya anakmu itu telah mem-peroleh syurga al-Firdaus yang tertinggi.” (Riwayat Bukhari)
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Ayahku didatangkan kepada Nabi s.a.w. pada hari peperangan Uhud dan ayahnya itu telah mati syahid. Ayahku itu telah dirusakkan tubuhnya, kemudian diletakkan di hadapan beliau s.a.w. Saya berkehendak akan membuka wajahnya, tetapi orang-orang banyak melarang saya. Selanjutnya Nabi s.a.w. bersabda: “Para malaikat tidak henti-hentinya menaunginya dengan sayap-sayapnya.”(Muttafaq ‘alaih)
Dari Sahl bin Hunaif r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Barangsiapa yang memohonkan kepada Allah akan kesyahidan yakni supaya mati syahid dengan hati yang sebenar-benarnya, maka Allah akan menyampaikan orang itu ke tempat kediaman para syuhada yakni pahalanya disamakan dengan mereka, sekalipun ia mati di atas tempat tidurnya.” (Riwayat Muslim)
Dari Anas r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang mencari kesyahidan yakni supaya mati syahid dengan hati yang sebenar-benarnya, maka ia akan diberi kesyahidan itu yakni memperoleh pahala seperti orang yang mati syahid, sekalipun kesyahidan itu tidak mengenainya yakni sekalipun tidak benar-benar mati dalam pertempuran fi-sabilillah.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Orang yang mati syahid itu tidak mendapatkan kesakitan karena terkena pembunuhan, melainkan hanyalah sebagaimana seseorang di antara engkau semua mendapatkan kesakitan karena terkena gigitan semut dan sebagainya.” Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Dari Abdullah bin Abu ‘Aufa radhiallahu’anhu ma bahwasanya Rasulullah s.a.w., pada salah satu dari hari-hari di waktu beliau itu menemui musuh, beliau menantikan sehingga matahari condong hendak terbenam, beliau lalu berdiri di muka orang banyak, kemudian bersabda: “Hai sekalian manusia, janganlah engkau semua mengharap-harapkan bertemu musuh dan mohonlah kepada Allah akan keselamatan. Tetapi jikalau engkau semua menemui musuh itu, maka bersabarlah. Ketahuilah olehmu semua bahwasanya syurga itu ada di bawah naungan pedang.”
Selanjutnya Nabi s.a.w. bersabda:
“Ya Allah yang menurunkan kitab, yang menjalankan awan, yang menghancur-leburkan gabungan pasukan musuh. Hancur-leburkanlah mereka dan berilah kita semua kemenangan atas mereka.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Sahl bin Sa’ad r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Ada dua macam doa yang tidak akan ditolak atau sedikit sekali ditolaknya, yaitu doa ketika ada panggilan shalat yakni antara azan dan iqamah dan pula doa ketika berkecamuknya peperangan, yakni di waktu sebagian yang bertempur itu bergulat dengan sebagian lainnya.” Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
Dari Anas r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. itu apabila berperang, mengucapkan:
“Ya Allah, Engkau adalah pembantu serta penolongku, dengan-Mulah saya bertempur dan denganMu pula saya menghubungkan diri dan denganMu juga saya berperang.”
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Dari Abu Musa r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. itu apabila takut kepada sesuatu kaum atau golongan, beliau mengucapkan: “Ya Allah sesungguhnya kita menjadikan Engkau yakni menjadikan perlindungan dan penjagaanMu -dalam leher-leher mereka sehingga mereka tidak kuasa memperdayakan kita dan kita mohon perlindungan kepadaMu dari kejahatan-kejahatan mereka.” Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Kuda itu diikatkan pada ubun-ubunnya sebagai isyarat betapa utamanya maju
dalam pertempuran dengan menaiki kuda itu. Kebaikan itu tetap ada sampai hari kiamat.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Urwah al-Bariqi r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:
“Kuda itu diikatkan pada ubun-ubunnya lihat uraiannya dalam Hadis no. 1325. Kebaikan tetap ada sampai hari kiamat, yaitu memperoleh pahala jikalau mati syahid dalam peperangan fi-sabilillah atau memperoleh ghanimah yakni harta rampasan jikalau mendapatkan kemenangan.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Nabi s.a.w. bersabda:
“Barangsiapa yang menahan memiliki serta merawat seekor kuda yang digunakan untuk perang fi-sabilillah karena didorong oleh keimanan kepada Allah dan mempercayai sungguh-sungguh akan janjiNya, maka sesungguhnya makanan untuk mengenyangkannya, minuman untuk melepaskan dahaganya, kotorannya, dan kencingnya itu ada timbangan pahalanya besok pada hari kiamat.” (Riwayat Bukhari)
Dari Abu Mas’ud r.a., katanya: “Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w. dengan membawa seekor unta yang diikatkan hidungnya semacam kendali untuk kuda, lalu ia berkata: “Ini untuk sabilillah.” Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: “Engkau akan memperoleh besok pada hari kiamat sebanyak tujuhratus ekor unta yang semuanya juga diikat hidungnya seperti ini.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hammad, ada yang mengatakan Abu Su’ad, ada pula yang mengatakan Abu Usaid, ada lagi Abu ‘Amir, ada pula Abu ‘Amr, ada pula Abul Aswad dan ada yang mengatakan Abu ‘Abs, yaitu Uqbah bin ‘Amir al-Juhani r.a., katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda di atas mimbarnya:
“Dan persiapkan untuk memerangi kaurn kafirin itu segala kekuatan yang engkau semua dapat menyiapkannya. Ingatlah bahwasanya kekuatan ialah memanah, ingatlah sesungguhnya kekuatan ialah memanah dan ingatlah sesungguhnya kekuatan iaiah memanah.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hammad r.a. pula, katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Akan dibukakanlah untuk kemenanganmu semua beberapa negeri dan Allah akan mempercukupkan engkau semua yakni menolongmu dalam peperangan. Maka jangan lemahlah seseorang di antara engkau semua itu untuk bermain-main dengan anak-anak panahnya,” Ini adalah sebagai anjuran untuk melatih diri agar pandai memanah.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hammad r.a. pula bahwasanya ia berkata: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang telah diajari memanah, lalu meninggalkannya untuk terus berlatih, maka ia bukan dari golongan kita kaum Muslimin,” atau beliau s.a.w. bersabda: “Orang itu telah melakukan kemaksiatan.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hammad r.a. pula, katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah itu memasukkan dengan sebab adanya sebatang anak panah itu tiga macam orang dalam syurga, yaitu pembuatnya yang dalam membuat anak panah tadi mengharapkan keridhaan Allah, juga orang yang memanahkannya dan pula orang yang memberikan anak panah itu sebagai bantuan kepada orang yang hendak berangkat berperang fi-sabilillah.
Lemparlah dengan panah dan naiklah kuda, tetapi jikalau engkau semua pandai melemparkan panah, maka hal itu adalah lebih saya sukai daripada engkau pandai menaiki kuda.
Barangsiapa yang meninggalkan melempar dengan panah -setelah ia diajarinya, karena ia tidak suka lagi padanya, maka sungguhnya itu adalah suatu kenikmatan yang ditinggalkannya,” atau beliau s.a.w. bersabda: “Orang itu menutupi kenikmatan yang telah diberikan padanya itu.” (Riwayat Abu Dawud)
Dari Salamah bin al-Akwa’ r.a., katanya: “Nabi s.a.w. berjalan melalui suatu kelompok orang saling berlomba untuk memanah, lalu beliau s.a.w. bersabda: “Pandaikanlah dirimu untuk melempar dengan panah itu hai keturunan Ismail, sebab sesungguhnya ayahmu yakni Nabiullah Ismail a.s. adalah seorang yang pandai melempar dengan panah.” (Riwayat Bukhari)
Dari ‘Amr bin ‘Abasah r.a., katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa melempar dengan sebatang anak panah dalam peperangan fi sabilillah, maka baginya adalah pahala yang sama dengan memerdekakan seorang hambasahaya.” Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Dari Abu Yahya yaitu Khuraim bin Fatik r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang menafkahkan sesuatu nafkah untuk peperangan fi-sabilillah, maka dicatatlah untuknya pahala sebanyak tujuhratus kali lipatnya.”
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Dari Abu Said r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada seorang hambapun yang berpuasa sehari dalam sabilillah, melainkan Allah menjauhkan diri orang itu dengan sebab puasanya sehari tadi, sejauh perjalanan tujuhpuluh tahun dari neraka.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Umamah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Barangsiapa yang berpuasa sehari dalam sabilillah, maka Allah membuatkan antara orang itu dengan neraka sebuah khandak tanah yang digali sebagaimana jauhnya antara langit dan bumi.” Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang mati dan belum pernah melakukan peperangan, juga tidak pernah tergerak hatinya untuk melakukannya itu yakni tidak ada keinginannya samasekali untuk berjihad fi- sabilillah, maka ia mati dengan menetapi satu cabang dari kemunafikan.” (Riwayat Muslim)
Dari Jabir r.a., katanya: “Kita semua bersama Nabi s.a.w. dalam suatu peperangan, lalu beliau s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya di Madinah itu ada beberapa orang lelaki yang engkau semua tidak menempuh suatu perjalanan dan tidak pula menyeberangi suatu lembah, melainkan orang-orang tadi ada besertamu – yakni sama-sama memperoleh pahala, mereka itu terhalang oleh sakit maksudnya andaikata tidak sakit pasti ikut berperang.”
Dalam riwayat lain lagi disebutkan: “Mereka itu terhalang oleh keuzuran.”
Dalam riwayat lain lagi disebutkan: “Melainkan mereka yang tertinggal itu berserikat denganmu semua dalam hal pahalanya.”
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari riwayat Anas, juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dari riwayat Jabir dan lafaz di atas adalah bagi Imam Muslim.
Dari Abu Musa r.a. bahwasanya ada seorang A’rab penghuni pedalaman negeri Arab mendatangi Nabi s.a.w., lalu berkata: “Ya Rasulullah, ada seorang yang berperang dengan tujuan hendak merebut harta rampasan, ada pula seorang yang berperang dengan tujuan supaya disebut-sebut namanya dan ada pula eorang yang berperang dengan tujuan untuk memperlihatkan betapa besar keberaniannya.”
Dalam riwayat lain disebutkan: “Ada seorang berperang untuk menunjukkan keberanian, ada pula yang berperang untuk memper-tahankan kebaikan nama keluarga.”
Dalam riwayat lain lagi disebutkan: “Ada orang yang berperang karena melepaskan kemarahannya, maka yang manakah di antara semua itu yang termasuk orang yang berperang fi-sabilillah?”
Rasulullah s.a.w. menjawab: “Barangsiapa yang berperang dengan tujuan supaya kalimatullah yakni agama Allah itu menjadi yang tertinggi, maka orang sedemikian itulah yang disebut jihad fi-sabilillah.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada sepasukan tentara atau sekelompok barisan tempur yang berperang lalu memperoleh ghanimah harta rampasan dan selamat dari kematian, melainkan mereka itu telah mempercepatkan dua pertiga pahala yang harus diperolehnya. Tiada sepasukan tentara atau sekelompok barisan tempur yang kembali dengan tangan hampa yakni tidak memperoleh ghanimah dan terkena bencana mati syahid atau luka-luka melainkan telah sempurnalah pahala yang harus mereka peroleh itu.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Umamah r.a. bahwasanya ada seorang lelaki berkata: “Ya Rasulullah, berikanlah izin kepada saya untuk merantau ke negeri orang lain. Nabi s.a.w. lalu bersabda: “Sesungguhnya cara perantauan untuk ummatku itu ialah berjihad fi-sabiliilah ‘Azzawajalla.” Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad yang baik.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiallahu ‘anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Pulang dari peperangan itu pahalanya seperti dalam melaku-kan peperangan.” Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad yang baik.
Alqaftah ialah pulang. Maksudnya ialah bahwa pulang dari peperangan setelah selesainya. Ini mengandung pengertian bahwasanya pulangnya seseorang dari peperangan sesudah perang itu selesai, juga diberi pahala sebagaimana semasih dalam peperangan -sampai datang di rumah
Dari as-Saib bin Yazid r.a., katanya: “Ketika Nabi s.a.w. datang dari peperangan Tabuk, lalu disambut oleh orang banyak. Saya juga menyambut beliau s.a.w. itu bersama beberapa anak kecil di tempat yang bernama Tsaniyyatul wada’.” Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih dengan menggunakan lafaz di atas. ]uga diriwayatkan oleh Imam Bukhari, katanya: “Kita semua pergi untuk menyambut Rasulullah s.a.w. bersama anak-anak kecil di Tsaniyyatul wada’.”
Dari Abu Umamah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Barangsiapa yang tidak pernah berperang atau tidak pernah mempersiapkan keperluan-keperluan untuk orang yang akan melakukan peperangan atau tidak berlaku sebagai pengganti dari seseorang yang melakukan peperangan dalam keluarganya dengan kebaikan yakni mencukupi keluarga yang ditinggalkan dengan memberikan nafkah, perlindungan dan apa saja yang dibutuhkan, maka Allah akan mengenakan padanya dengan sesuatu bencana sebelum hari kiamat.” Diriwayatkan oleh imam Abu Dawud dengan isnad shahih
Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Berjihadlah engkau semua kepada kaum musyrikin itu dengan hartamu, dirimu dan lisanmu.” Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
Dari Abu ‘Amr, ada yang mengatakan Abu Hakim, yaitu an-Nu’man bin Muqarrin r.a., katanya: “Saya menyaksikan Rasulullah s.a.w., jikalau beliau tidak melakukan peperangan di permulaan siang hari, maka tentulah beliau mengakhirkan peperangan sehingga lingsirnya tergelincirnya matahari dan meniuplah angin dan turunlah kemenangan.” Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Janganlah engkau semua mengharap-harapkan bertemu musuh, tetapi apabila engkau semua menemui mereka, maka bersabarlah.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Hurairah r.a. dan dari Jabir radhiallahu’anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Perang itu tipuan,” yakni dalam peperangan wajiblah menggunakan tipudaya untuk dapat memperoleh kemenangan. (Muttafaq ‘alaih)