Indonesia Bubar?

Oleh: Ahmad Ghozali Fadli

Sejarah mencatat, ada beberapa negara yang bubar. Sebut saja Yugoslavia, setelah 74 tahun. Cekoslowakia, 74 tahun. Uni Soviet, 71 tahun. Jerman Timur, 41 tahun. Vietnam Selatan, 20 tahun. Dan Republik Persatuan Arab yang hanya bertahan 13 tahun. Bagaimana dengan Indonesia? Sepertinya sudah melewati fase pertama bubarnya sebuah negara. Karena, Indonesia masuk pada usia 75 tahun.

Bangsa ini sadar, bahwa kemerdekaannya Atas Berkat Rahmat Allah SWT. Bahkan penetapan dasar negara, baik UUD 1945 maupun Pancasila, tidak lepas dari nilai-nilai Islam yang diperjuangkan oleh Negarawan bangsa Indonesia. Sejarah juga membuktikan, bahwa perjuangan melawan penjajah tidak lepas dari peran dan pemikiran para ulama beserta santrinya. Ada KH. Hasyim Asyari di Jombang, KH. Ahmad Dahlan di Jogjakarta, KH. Zainul Arifin di Sumatera Utara, KH. Zainal Musthafa di Tasikmalaya, Raden Mas Antawirya di Makassar, KH Abdul Halim di Majalengka, KH. Idham Khalid di Kalimantan, KH. Agus Salim di Sumatera Barat dan masih banyak lagi.

Dalam Agresi Militer Belanda I tahun 1947, diadakanlah Rapat Akbar di Pamekasan, Madura. Saat itu, KH. Ahmad Basyir berkata: “Selama Indonesia dijajah, agama Islam sulit tegak di Indonesia.” Dengan semangat inilah, berbagai gerakan dan organisasi Islam muncul. Tercatat, sebelum Indonesia merdeka, tepatnya 1937 berdirilah Majelis Islam A’la Indonesia. Wadah ini menjadi koordinator ormas-ormas Islam di Indonesia, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Al Irsyad, Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Al Khoiriyah, Persyarikatan Ulama Indonesia (PUI), Al Hidayatul Islamiyah, Persatuan Islam (Persis), Partai Islam Indonesia (PII), Partai Arab Indonesia (PAI), Jong Islamiaten Bond, Al Ittihadiyatul Islamiyah dan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA). Dalam wadah ini, mereka Bersatu, duduk bersama, melawan pemerintahan kolonial Belanda.

Islam sangat anti dengan penjajahan. Bahkan, dalam sejarahnya, Islam hadir melepaskan suatu daerah dari penjajahan dan penindasan. Begitupula Pesantren, hadir untuk memberikan kebaikan. Bukan hanya untuk suatu daerah, namun bagi seluruh bangsa dan negara bahkan dunia. Yang diajarkan adalah, bagaimana cara Bertuhan, berkemanusiaan, berkeadilan, bersatu dan berdaulat. Seluruhnya untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, dan keadilan sosial. Semuanya diajarkan, dengan praktek dari skala terkecil. Dalam organisasi diri, kamar, asrama, maupun di pesantren itu. Sehingga, saat mereka keluar, mampu dikembangkan ke skala yang lebih besar, dengan kemanfaatan yang lebih luas lagi.

Meskipun sudah merdeka, namun tampaknya Indonesia belum berdaulat. Masih banyak SDA Indonesia dikuasai oleh orang-orang yang tidak mementingkan masyarakat umum. Contoh kecil ada di Wonosalam, Jombang, Jawa Timur. Hampir 80 persen wilayahnya dikuasai orang luar daerah. Sebagian besarnya, milik orang non muslim. Pesantren Alam Bumi Al Qur’an, yang terletak di dusun Sumber, berdekatan erat dengan villa-villa milik non muslim, yang luasnya lebih dari 20 kali luas pesantren. Ada beberapa kampung, yang aliran airnya melewati villa tersebut, diputus sepihak. Bahkan pemilik villa ini, menguasai ratusan hektar area perkebunan, baik itu cengkeh, durian dan lain-lain.

Indonesia tidak bubar, jika setiap jengkal tanahnya dikuasai oleh orang baik dan diisi dengan kebaikan. Jadikan tiap jengkalnya untuk memperjuangkan Islam, sehingga benar-benar tegak di Negara Indonesia. Bebaskan semuanya, isi dengan kebaikan. Jika tidak bisa, minimal tidak diisi dengan keburukan. Semoga Allah SWT ridho, dengan niat ikhlas ini, sesuai janji-Nya dalam Surat Al Anbiya’ ayat 105: Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.”

Orang Shaleh? Bebaskan Bumi untuk Kejayaan Islam.

DOWNLOAD: AYAT-AYAT KEMERDEKAAN

Update Perolehan Wakaf: Bismillah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *