Ibadah vs Liburan

Islam agama fitrah dan seimbang. Islam menganjurkan pemeluknya untuk bekerja juga berlibur. Menggapai sukses di dunia juga sukses di Akhirat. Berlibur pada dasarnya adalah mengalihkan waktu dengan melaksanakan kegiatan yang bertujuan rehat, atau menggunakan waktu dengan bersantai, terbebas dari rutinitas keseharian, namun tetap bernilai ibadah dan bermanfaat. Tidak ada yang sia-sia dalam setiap jenak-jenak kehidupan seorang muslim.

Bagaimana Islam memandang kegiatan yang tujuannya untuk refressing, seperti berlibur ini? Allah swt. berfirman berkaitan dengan anjuran untuk mengadakan perjalanan di muka bumi (salah satu contoh bentuk kegiatan berlibur): “Katakanlah: “Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa.” (QS. An-Naml:96)

Karena itu Rasulullah saw. bersabda: “Hendaknya (wajib) bagi kalian bekerja atau beramal yang tidak memberatkan. Demi Allah, sesungguhnya Allah tidak akan pernah bosan sampai kalian sendiri merasa bosan.” HR. Muslim. Imam Abu Daud dalam kumpulan Marasilnya mengatakan: “Rehatkan jiwa kalian sesaat kemudian sesaat lagi.”

Dalam riwayat panjang bahwa sahabat Hanzhalah ra. -beliau termasuk salah satu juru tulis Nabi saw.- dan sahabat Abu Bakar merasa dirinya munafik, di mana di depan Nabi mereka semangat beriman dan beribadah, namun jika mereka bertemu dengan keluarga, istri, atau anak-anak, menyebabkan mereka lupa. Sehingga keduanya menemui Nabi saw. dan menceritakan kondisi tersebut. Maka Nabi bersabda: “Demi jiwaku yang berada dalam Genggaman-Nya, jika kalian senantiasa dalam kondisi berdzikir dalam segala kondisi sebagaimana ketika kalian bersama saya, maka para Malaikat akan menyalami kalian, di rumah-rumah kalian dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi wahai Hanzhalah, Sesaat demi sesaat. Beliau mengatakan ini tiga kali.” HR. Muslim. Imam An-Nawawi mengomentari hadits ini dengan mengatakan: “Sesaat melakukan demikian dan sesaat lainnya melakukan yang lain.”

Imam An-Nawawi mengomentari hadits ini seraya berkata: “Orang yang memberatkan diri dalam masalah agama akan dikalahkan oleh agama itu sendiri, ia nantinya akan bosan melaksanakan amalan agama. Gunakan waktu giat kalian untuk taat kepada Allah dengan melaksanakan beragam amal kebaikan. Gunakan saat suasana hati kalian lagi fress untuk meraskan kenikmatan ibadah, sehingga kalian tidak akan merasa bosan, dan kalian akan mendapatkan apa yang kalian inginkan.”

Rasulullah saw. sebagai panutan umat manusia memberi contoh bagaimana memanfaatkan waktu untuk rehat dan berlibur. Aisyah ra. meriwayatkan bahwa ayahnya, Abu Bakar bertandang ke rumah Aisyah, ketika itu dua budak Aisyah sedang bermain perang-perangan, pada hari-hari Mina. Sedangkan Nabi mengintip perbuatan keduanya di balik bajunya. Abu Bakar melarang keduanya melakukan hal tersebut. Maka Nabi membuka bajunya seraya bersabda: “Biarkan keduanya wahai Abu Bakar, Karena ini adalah hari-hari raya. Itulah hari-hari Mina.”

Aisyah berkata: “Saya berada di belakang Nabi ketika saya melihat sekelompok orang-orang Habasyah sedang bermain di masjid. Ketika itu sahabat Umar memarahi mereka. Maka Nabi bersabda: “Biarkan mereka. Mereka memberi rasa aman, mereka dari Bani Arfadah.” HR. Imam Bukhari.

Bahkan Nabi saw. bercanda bersama para sahabat dalam suatu kesempatan untuk mengibur dan rehat diri. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. berkata: “Para sahabat bertanya; Wahai Rasulullah, Engkau bercanda dengan kami? Beliau menjawab: “Sesungguhnya saya tidak berkata kecuali kebenaran.” HR. Imam At-Tirmidzi, dia berkata: Hadits ini Hasan Sahih.

Dari nash-nash tersebut di atas menyimpulkan kepada kita bahwa Islam sangat memperhatikan keseimbangan dalam hidup; antara serius dan rehat, antara bekerja dan berlibur, antara beribadah dan istirahat. Namun kedua kondisi yang berbeda ini bisa bernilai ibadah dan bermanfaat, tergantung niat dan bentuk kegiatannya.

Bentuk Kegiatan Liburan

Di awal disebutkan bahwa liburan bisa menjadi momentum untuk mengembalikan kehangatan keluarga bagi yang sudah berkeluarga atau juga mempererat pertemanan, setelah disibukkan dengan aktivitas rutin. Merefress otak, fisk juga ruhani. Dalam mengisi liburan, hendaknya ditentukan topiknya atau targetnya. Misalnya; orang tua mengadakan lomba mendongeng kisah-kisah para nabi. Untuk masalah sosial, anak bisa diajak untuk melakukan “cuci lemari pakaian”, memilih baju-baju yang sudah tidak digunakan lagi. Setelah selesai, anak bisa diajak bersilaturahmi ke panti asuhan dan memberikan baju-baju layak pakai yang telah dipilih.

Untuk topik emosional bisa dilakukan dengan cara lomba melukis dan menempel gambar wajah. Anak diminta menggambarkan wajah dengan emosi baik dan emosi tidak baik. Anak juga bisa diminta untuk membuat daftar perbuatan baik atau buruk yang diketahuinya. Yang lebih menarik, anak juga bisa diajak untuk bermain peran. Misalnya anak dibawa dalam sebuah situasi tertentu lalu anak diminta untuk mengekspresikan perasaannya terhadap situasi tersebut.

Contoh lain dari bentuk kegiatan liburan atau sarana refressing yang menyenangkan adalah menjalankan hoby olah raga, berenang, rihlah, berkemah, kumpul bareng di malam hari di pantai atau taman dan lain-lain. Tentu akan lebih bermakna jika acara itu didesain menyenangkan dan mendidik. Bahkan akan lebih berkesan jika dibarengi dengan adanya pembagian door price atau hadiah. “Saling berbagi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai.” HR. Imam Bukhari.

Selamat berlibur dan semoga hidup ini makin bermanfaat dan berkah.

WAKAF PEMBANGUNAN PESANTREN ALAM BUMI AL-QUR’AN (KLIK DI SINI)

PROGRAM LAINNYA, DONASI SEKARANG!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *