Imam Syafi’i berkata: Dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Orang yang melakukan umrah disunahkan ber-talbiyah ketika memulai thawaf dengan cara menyentuh (Hajar Aswad) atau tidak menyentuh (karena keadaan yang tidak memungkinkan—penerj.)”
Imam Syafi’i berkata: Tidak ada perbedaan pendapat bahwa batas mulai dilakukannya thawaf adalah Hajar Aswad, dan berakhirnya thawaf juga di Hajar Aswad itu. Saya berpendapat bahwa lebih baik apabila seseorang memulai thawaf dengan menyentuh atau mencium Hajar Aswad. Apabila seseorang memulai thawaf dari suatu tempat, dimana tempat tersebut tidak sejajar dengan Hajar Aswad, maka thawaf tersebut tidak dihitung satu putaran. Apabila seseorang memulai thawafnya dengan menyentuh Hajar Aswad dengan tangannya, tapi badannya tidak sejajar dengan Hajar Aswad, maka inijuga tidak bisa dihitung satu putaran; karena thawaf itu harus dengan seluruh badannya, tidak boleh hanya dengan sebagian anggota badannya. Apabila seluruh badannya sejajar dengan sebagian dari Hajar Aswad, maka thawaf tersebut sah dan dihitung sebagai satu putaran. Begitu juga apabila seluruh badannya sejajar dengan sebagian dari Hajar Aswad pada putaran ke tujuh, maka thawaf telah sempurna.
Ucapan Ketika Menyentuh Hajar Aswad Sa’id telah mengkhabarkan kepada kami dari Ibnu Juraiz, ia berkata, “Saya mendapat khabar bahwa sebagian sahabat Nabi SAW berkata, ‘Ya Rasulullah, apa yang harus kami ucapkan ketika kami menyentuh Hajar Aswad?’ Beliau menjawab, ‘Ucapkanlah, wallaahu akbar, iimaanait billaahi watashdiiqan bimaa jaa’a bihii rasuulullah shallallahu alaihi wasallam. (Dengan nama Allah, dan Allah Maha Besar, kami beriman kepada Allah dan kami membenarkan segala sesuatu yang dibawa oleh Rasulullah SAW)’.”