Bapak Sosiologi Dunia

Auguste Comte (1798-1857) lahir di Prancis. Seorang filosof yang memperkenalkan ilmu sosiologi dan aliran positivisme. Melalui prinsip ini, Comte membangun dasar yang digunakan oleh akademisi saat ini, yaitu pengaplikasian metode ilmiah dalam ilmu sosial sebagai sarana memperoleh kebenaran. Karenanya, Comte dijuluki sebagai Bapak Sosiologi Dunia.

Namun, 500 tahun sebelum itu, Ibnu Khaldun (1332-1406), ternyata sudah mengenalkan Ilmu Sosiologi ini. Melalui kitab Muqaddimah-nya, ibnu Khaldun mengemukakan ide-ide yang bersifat sosiologis-historis dan filosofis. Bahkan Guru Besar Sosiologi Universitas of Aberdeen, Scotlant, Dr. Bryan S Turner, memuji beliau, dengan mengatakan, “Tulisan-tulisan social dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui oleh dunia Barat.” Buku ini, telah diterjemahkan ke berbagai Bahasa. Di dalamnya, dibahas tentang gejala-gejala sosial, perbedaan antara masyarakat primitif dan modern, hingga membicarakan tentang sistem pemerintahan dan urusan politik di masyarakat. Bahkan, kitab ini juga menerangkan masalah ekonomi dalam individu, masyarakat dan negara. Dilengkapi juga pembahasan tentang paedagogik, ilmu dan pengetahuan serta alat-alatnya.

Keduanya, baik Aguste Comte mapun Ibnu Khaldun memiliki ujian hidup yang hampir sama. Comte pernah dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa, sedangkan Ibnu Khaldun pernah masuk penjara karena fitnah. Comte, gagal dalam membina keluarga, berakhir dengan perceraian karena sifatnya. Sedangkan Ibnu Khaldun, kehilangan istri dan keluarganya disebabkan kapal yang ditumpanginya karam di lau Mediterania. Comte pun memulai kehidupan baru dengan menikah kembali. Namun, pernikahan tersebut malah mempengaruhi jalan pikirannya, sehingga mengaku Nabi dari sebuah Agama Kemanusiaan. Sedangkan, Ibnu Khaldun melanjutkan kegiatan akademiknya di Mesir, dan akhirnya meninggal di Kairo.

Ibnu Khaldun, yang memiliki pemikiran luar biasa. 5 abad lebih maju dari manusia pada umumnya, telah diberikan karunia, berupa hafalan al-Qur’an semenjak usia dini. Pendidikan al-Qur’an inilah yang mengubah jalan pikiran Ibnu Khaldun, hingga beliau berpesan, “Ketahuilah bahwa pendidikan Al Qur’an termasuk syiar agama yang diterima oleh ummat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh karena itu, pendidikan al Qur’an dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan Pendidikan al-Qur’an patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu lainnya.”

Ikutilah Ibnu Khaldun Competition 2019 melalui link berikut: www.bumiqu.org/ikc-2019/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *