Apa-Apa Yang Diucapkan Seseorang Menaiki Kendaraannya untuk berpergian.

Allah Ta’ala berfirman:

Allah menjadikan untukmu semua kapal dan binatang ternak itu  sebagai kendaraan untukmu, agar supaya engkau semua dapat duduk di atas punggungnya, kemudian ingatlah akan kenikmatan Tuhanmu, ketika engkau semua telah tetap di atasnya dan supaya engkau mengucapkan yang artinya: “Maha Suci Zat Allah yang telah menundukkan semua ini untuk kita dan kita semua tidak dapat mengendalikannya kecuali dengan pertolongan Tuhan. Dan sesungguhnya kita semua akan kembali kepada Tuhan  kita.” (az-Zukhruf: 12-14)

Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. apabila berada di atas punggung untanya untuk keluar bepergian, maka beliau a.w. itu bertakbir dulu sebanyak tiga kali, kemudian mengucapkan yang artinya: “Maha Suci Zat Allah yang menundukkan kendaraan ini pada kita dan kita tidak kuasa rnengendalikannya melainkan dengan pertolongan Allah dan sesungguhnya kita akan kembali kepada Allah. Ya Allah, sesungguhnya kita memohonkan kepadaMu dalam bepergian kita ini akan kebajikan dan ketaqwaan,juga apa-apa yang Engkau ridhai dari amal perbuatan. Ya Allah, mudahkanlah segala sesuatu untuk kita dalam bepergian kita ini dan  lipatlah-dekatkanlah-mana-mana yang jauh. Engkau adalah kawan dalam perjalanan, pengganti yang mengawas-awasi dalam keluarga. Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu dari kesukaran perjalanan, kesedihan pandangan dan buruknya keadaan ketika kembali, baik mengenai harta, keluarga ataupun anak.”

Selanjutnya apabila beliau s.a.w. kembali lalu mengucapkan kalimat-kalimat di atas itu pula dan menambahkan dengan ucapan yang artinya: “Kita telah kembali, kita semua bertaubat kepada Allah, menyembah kepada Tuhan kita serta mengucapkan puji-pujian padaNya.” (Riwayat Muslim)

Dari Abdullah bin Sarjis r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. itu apabila bepergian, beliau s.a.w. mohon perlindungan kepada Allah daripada kesukaran perjalanan, kesedihan keadaan waktu kembali, adanya kekurangan sesudah berlebihan, juga dari doa orang yang teraniaya, buruknya pandangan dalam keluarga dan harta.” (Riwayat Muslim)

Demikianlah yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim, yaitu Alhaur ba’dal kaun dengan nun, demikian pula yang  diriwayatkan Oleh Imam-imam Termidzi dan Nasa’i.

ImamTermidzi  mengatakan: “Ada yang meriwayatkan dengan lafaz alkaur dengan ra’ dan keduanya itu mempunyai wajah masing-masing.”

Para alim ulama berkata: “Maknanya dengan nun dan ra’ semuanya ialah kembali dari ketetapan dan kelebihan menjadi kekurangan.” Mereka mengatakan: “Riwayat ra’  kaur itu diambil dari kata mentakwirkan sorban artinya ialah melipat dan mengumpulkannya, sedang riwayat nun ialah dari kata kaun, sebagai mashdarnyakana yakunu kaunan, jikalau didapatkan dan menetap.”

Dari Ali bin Rabi’ah, katanya: “Saya menyaksikan Ali bin Abu Thalib r.a. diberi seekor kendaraan untuk dinaiki Ketika ia meletakkan kakinya pada sanggurdi, ia berkata yang artinya: “Dengan nama Allah Bismillah.”  Setelah berada di punggungnya,lalu mengucapkan yang artinya: “Segenap puji bagi Allah yang menundukkan kendaraan ini untuk kita dan kita tidak  kuasa mengendalikannya tanpa pertolongan Allah. Sesungguhnya kita akan kembali kepadaNya.” Selanjutnya ia mengucapkan yang artinya: “Segenap puji bagi Allah Alhamdulillah,” tiga kali. Seterusnya mengucapkan yang artinya: “Allah adalah Maha Besar Allahu Akbar,” tiga kali. Kemudian mengucapkan pula yang artinya: “Maha Suci Engkau, sesungguhnya saya menganiaya diri saya sendiri, maka berikanlah pengampunan kepada saya, sesungguhnya saja tidak ada yang dapat memberikan pengampunan melainkan Engkau.”

Setelah mengucapkan semua itu lalu Ali r.a. ketawa. Kepadanya ditanyakan: “Ya Amirul mu’minin, mengapa anda ketawa?” la menjawab: “Saya pernah melihat Nabi s.a.w. mengerjakan sebagai mana yang saya kerjakan itu, lalu  beliau s.a.w. ketawa. Saya bertanya: “Ya Rasulullah, karena apakah Tuan ketawa?” Beliau s.a.w. menjawab: “Sesungguhnya Tuhanmu yang Maha Suci itu merasa heran terhadap hambaNya apabila ia mengucapkan: “Ampunkanlah untukku dosa-dosaku,” ia mengetahui bahwasanya memang tidak ada yang kuasa mengampuni dosa selain daripadaKu.”

Diriwayatkan oleh  Imam-imam Abu Dawud serta Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan, sedang dalam sebagian naskah dianggap hasan shahih. Hadis seperti di atas adalah lafaznya Imam Abu Dawud.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *