12 Cara Menarik Rizki (4)

Seringkali urusan dunia menjadikan sibuk manusia. Banyak aktivitas yg dilakukan hingga bekerja seharian menjadikan manusia sering mengeluh dan merasa lelah. Sungguh, Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan pengabdian kita, saat beribadah kepadanya, seperti firmannya dalam hadits Qudsi,
“Wahai anak Adam, sempatkanlah untuk menyembahKu, maka Aku akan membuat hatimu kaya dan menutup kefakiranmu. Jika tidak melakukannya, maka Aku akan penuhi tanganmu dengan kesibukan, dan aku tidak menutup kefakiranmu.” (HR. Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah, dan Al Hakim dari Abu Hurairah ra).

Apakah setiap waktu kita wajib beribadah?

“Suatu ketika Nabi SAW dan para sahabat melihat ada seorang laki-laki yang sangat rajin dan ulet dalam bekerja, seorang sahabat berkomentar: “Wahai Rasulullah, andai saja keuletannya itu dipergunakannya dijalan Allah.” Rasulullah saw menjawab: “Apabila dia keluar mencari rezeki karena anaknya yang masih kecil, maka dia dijalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena kedua orang tuanya yang sudah renta, maka dia dijalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena dirinya sendiri supaya terjaga harga dirinya, maka dia dijalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena riya’ dan kesombongan, maka dia di jalan setan.”
(Al-Mundziri, At-Targhîb wa At-Tarhîb).

Sungguh penghargaan yang luar biasa kepada siapa pun yang lelah bekerja mencari nafkah. Islam memandang bahwa usaha mencukupi kebutuhan hidup di dunia juga memiliki dimensi akhirat. Bahkan secara khusus Rasulullah saw memberikan kabar gembira kepada siapa pun yang kelelahan dalam mencari rejeki. “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan mencari rejeki pada siang harinya, maka pada malam itu ia diampuni dosanya oleh Allah SWT.”

4 Macam Manusia

Dari Sa’id AthTha’i Abu Al Bakhtari, Rasulullah SAW, bersabda: “Aku akan memberitahukan sebuah hadits kepada kalian, maka hafalkanlah!”. Beliau melanjutkan, “Sesungguhnya dunia itu untuk empat macam orang, yaitu:
Pertama, Seorang hamba yang diberi rezeki oleh Allah berupa harta dan ilmu, lalu ia bertakwa dengannya kepada Rabbnya dan terus menjalin hubungan silaturahim, serta menyadari bahwa ada hak Allah pada rezekinya itu. Ini adalah derajat (kedudukan) yang paling utama.
Kedua, seorang hamba yang dikaruniai ilmu pengetahuan namun tidak dikaruniai harta. Lalu dengan niat yang benar (tulus) dia berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta, maka aku akan melakukan amal (kebaikan) seperti amal yang dilakukan oleh si Fulan. Ia akan mendapat ganjaran (pahala) dengan niatnya itu. dan ganjaran keduanya (dirinya dengan si Fulan) sama.
Ketiga, seorang hamba yang diberikan rezeki berupa harta oleh Allah namun tidak dikaruniai ilmu. Lalu dia membelanjakan hartanya itu tanpa menggunakan ilmu, tidak bertakwa kepada Rabbnya, dan tidak menyambung hubungan silaturahim, serta tidak menyadari bahwa ada hak Allah pada hartanya itu. Maka. orang seperti ini mendapatkan kedudukan (derajat) yang paling buruk.
Keempat, seorang hamba yang tidak diberikan rezeki berupa harta dan tidak dikaruniai ilmu oleh Allah. Lalu dia berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta maka aku akan melakukan amal perbuatan (dosa) seperti si Fulan.’ Maka, dengan niatnya ini dia akan mendapatkan dosa, dan dosa keduanya (dirinya dan si Fulan) sama.” (Shahih Ibnu Majah)

Masuk dalam Golongan Manakah Kita?

WAKAF PEMBANGUNAN PESANTREN ALAM BUMI AL-QUR’AN (KLIK DI SINI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *